Selasa, 30 November 2010

Bukti kebenaran Al-Qur'an Surat : Al- Furqon Ayat 53&Ar-Rahman Ayat 19-20.

Sungai di dalam Laut

Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan
Sungai dalam Laut
“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53)
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
Sungai Dalam Laut
Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak
ditemukan mutiara.

Sungai di dalam Laut

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam
akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.
Maha Suci Allah yang Maha Menciptakan

Sungai dalam Laut

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak
ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam
akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannyamutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.
"Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang beruntung"(QS: Al-Baqara ,ayat 5)
Allahu Akbar…! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim.Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”

Sungai di dalam Laut

Jika anda seorang penyelam, maka anda harus mengunjungi Cenote Angelita, Mexico. Disana ada sebuah gua. Jika anda menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun daunan.
Setengah pengkaji mengatakan, itu bukanlah sungai biasa, itu adalah lapisan hidrogen sulfida, nampak seperti sungai… luar biasa bukan? Lihatlah betapa hebatnya ciptaan Allah SWT. Sumber : E-BooK Bukti Kebenaran AlQuran lihat VERSI LEBIH LENGKAP

KAJIAN LEPAS ::: - AYAT-AYAT MUTASYABIHAT & MUHKAMAT

TENTANG AYAT-AYAT "MUTASYABIHAT" DAN AYAT-AYAT "MUHKAMAT"

Benarkah kata “muhkamat” itu artinya ”jelas” dan “mutasyabihat” itu “samar” atau tidak jelas. Padahal begitu banyak Allah mengatakan tentang ayat-ayat yang jelas itu dengan kata “aayaatun bayyinaat”. Dan begitu banyak kata yang artinya “samar“ Allah menyebutnya dengan “khofi“ atau “khufyah“, dan yang artinya “tersembunyi” itu adalah “sirr“.

Telah menjadi pendapat umum dan hampir merata di kalangan ummat dan ulama Islam, bahwa Al Quran itu terdiri dari ayat-ayat Muhkamat, yakni ayat-ayat yang arti dan maknanya tegas dan jelas, tidak sulit difahami. Dan ayat-ayat Mutasyabihat, yakni ayat-ayat yang makna dan maksudnya tidak cukup jelas atau samar-samar, baru dapat difahami melalui “penta`wilan” dan pengkajian yang mendalam, yang hanya bisa dilakukan oleh para ulama yang cukup luas dan dalam ilmunya, atau hanya Allah saja yang mengetahuinya, seperti ayat-ayat mengenai hal-hal yang gaib.

Keterangan yang kurang lebih seperti diatas, antara lain tercantum sebagai catatan kaki pada terjemahan Al Quran versi Departemen Agama RI, dari terjemahan Surat Ali Imron ayat 7, yang kutipan selengkapnya sebagai berikut:

"Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Diantara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Quran dan yang lain ayat-ayat mutasyaabihaat. Adapun orang orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta`wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta`wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran (daripadanya) kecuali orang-orang yang berakal". (Ali Imron : 7)

Dalam terjemahan diatas, kita lihat bahwa kata “Muhkamat” dan “Mutasyabihat” tidak diterjemahkan, tapi kemudian dijelaskan dengan catatan kaki yang kurang lebih seperti disebut diatas.

Persoalannya sekarang, benarkah kata “muhkamat” itu artinya ”jelas” dan “mutasyabihat” itu “samar” atau tidak jelas. Padahal begitu banyak Allah mengatakan tentang ayat-ayat yang jelas itu dengan kata “aayaatun bayyinaat”. Kalau diterjemahkan secara bersih dan polos, (tidak dipengaruhi oleh visi dan pemahaman lain tertentu yang sudah mendahului), maka tidak terlalu sulit untuk difahami, karena kata muhkamat (muhkam) adalah bentuk “isim maf’ul” (bentuk objek penderita) dari kata kerja ahkama yang atinya “menghukumkan” (bukan menghukum atau menghukumi).

Dengan demikian kata “aayaatun muhkamaat” itu berarti : ”ayat-ayat yang dihukumkan”, (dibakukan / ditetapkan sebagai hukum).

Walaupun bentuknya berbeda, kata “Aayaatun Muhkamaat” ini sama persis artinya dengan kata “Uhkimat Aayaatuhu” (Huud : 1) yakni: “dihukumkan ayat-ayatnya” (uhkima adalah bentuk kata kerja pasif dari ahkama)

Coba kita bandingkan dua ayat tersebut:

"Dialah yang telah menurunkan Al Kitab kepadamu, dari Kitab tersebut (terdapat) ayat-ayat yang dihukumkan, (ayat-ayat muhkamat) itulah “ummul Kitab” (essensi Al Kitab)....." (Ali Imron : 7)

Alif Laam Raa, suatu kitab yang dihukumkan ayat-ayatnya, kemudian diperinci langsung dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. (Huud: 1)

Selanjutnya, benarkah kata “mutasyabihat” itu artinya samar atau tidak jelas, padahal banyak kata yang artinya “samar” Allah menyebutnya dengan “khofi” atau “khufyah”, dan yang artinya “tersembunyi” itu, “sirr”.

“Mutasyaabih” adalah bentuk isim fa’il (menunjukkan subjek/pelaku) yang artinya saling menyerupai atau mirip-mirip.

Ayat-ayat mana yang dimaksud ? Ada petunjuk yang bisa didapat. Untuk itu kita simak ayat berikut :

"Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (ahsanal hadiets) berupa kitab yang saling menyerupai (mirip-mirip) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi lembut kulit dan hati mereka ke arah mengingat (sadar akan) Allah. Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorangpun pemberi petunjuk" (Az Zumar : 23)

Mutasyabih artinya hampir serupa atau mirip-mirip. Tidak sama benar tetapi mengandung beberapa kesamaan, kemudian muncul berulang-ulang (matsaani), yang berpengaruh kepada timbulnya gemetaran karena takut kepada Allah. Ayat-ayat yang demikian ini bukan tertuju kepada pembakuan hukum (karena ayat yang mengenai pembkuan hukum ini tidak berulang-ulang) melainkan untuk intensitas dan kompleksitas pengaruh kepada hati manusia.

Untuk satu substansi tertentu Allah menyajikan berulang-ulang dengan variasi bashiroh (sudut pandang) yang beragam, sehingga terkembangkanlah spektrum wawasan yang lebar dan luas, menyentuh berbagai sisi dan relung kehidupan. Pantas sekali bila kemudian jiwa tergetar dengan rasa takut kepada Allah, untuk kemudian terantarkan kearah kesadaran akan ke-Maha Sucian, ke-Maha Terpujian dan ke-Maha Besaran Allah. Tasbih, Tahmid dan Takbir (Dzikrullah)

Sedikit contoh, kiranya bisa dikemukakan sebagai berikut :

5 ayat pertama dari Surat Al Baqoroh, mengnidentifikasi orang-orang yang ada dalam petunjuk Allah dan memperoleh kemenangan (Hidayah dan falah).

Surat Al Baqoroh ayat 156 dan 157 (tentu nya bukan sekedar dzikir karena mendapat atau mendengar berita musibah) juga tentang orang-orang yang mendapat rahmat dan hidayah.

Surat Ali Imron ayat 103 dan 104 juga tentang orang-orang yang mendapat hidayah dan kemenangan (falah).

Surat Al Mukminun ayat 1 sampai 11 juga berupa petunjuk bagaiana meraih kesuksesan/kemenangan.

Keempat bagian dari Al Kitab tersebut di atas secara redaksional dan pendekatan nadhori (nalar), jelas berbeda dan beragam, dengan spektrum cahaya terang benderang merambah berbagai sisi kehidupan dan menyeruak kegelapan, tetapi kemudian jelas menggiring ke arah substansi yang sama, bagaimana memperoleh petunjuk ke arah rahmat dan kemenangan hakiki.

Insyaallah dalam kesempatan lain kita bahas lebih rinci ayat-ayat tersebut untuk menyingkap spektrum mutasyabihat yang dikandungnya.

Demikanlah, di Surat Az Zumar : 23 Allah menerangkan betapa sasaran dan efektifitas ayat-ayat mutasyabihat itu. Tetapi kemudian, sebagaimana diterangkan pada Surat Ali Imron ayat 7 di atas, bahwa orang-orang yang di dalam hatinya ada kebengkokan (“zaegun”) yang menyesatkan, mereka enggan untuk mengikuti ayat-ayat muhkamat, tentunya karena keengganan tunduk kepada hukum-hukum Allah, yang menurut pikiran sempitnya, akan membelenggu dan membatasi kebebasannya.

Mereka hanya mau mengikuti apa-apa yang hampir serupa dari Al Kitab itu (“maa tasyaabaha minhu”). Dengan mereka-reka ta`wilnya, mereka mengeksploitir ayat-ayat mutasyabihat, sehingga terkesan banyak kesamaan dengan ajakan pikiran dan hawa nafsunya sendiri, atau ajaran kelompoknya, yang mereka lebih komit menganutnya.

Mereka hanya mencuplik-cuplik ayat-ayat tertentu untuk “mendalili” atau menguatkan ajaran yang sebenarnya hanya produk pikiran dan hawa nafsunya sendiri.

Akibatnya, timbul kerancuan berat di berbagai hal dari konsep Ajaran Islam yang sebenarnya kholis (murni), bersih dari campur tangan siapapun.

Ada lagi sebagian orang yang pendapat nya rancu. Menurutnya, ayat-ayat mutasyabi hat itu Surat Al Fatihah, karena terdiri dari tujuh ayat, dan dibaca berulang-ulang (barangkali) ini yang dimaksud Allah pada ayat berikut:

"Dan sesungguhnya Kami telah datangkan kepadamu tujuh yang berulang-ulang dan Al Quran yang agung". (Al Hijr : 87)

Tetapi di lain pihak, Surat Al Fatihah itu dikatakan pula sebagai "Ummul Kitab". Padahal di Surat Ali Imron ayat 7 di atas, Ummul Kitab itu adalah ayat-ayat Muhkamat, bukan Mutasyabihat.

Al Quran diturunkan oleh Allah dalam bahasa Arab yang jelas. Maka tak perlu macam- macam dalam penerjemahannya. Allah tak pernah salah memilih kata, sehingga tak ada siapapun yang berhak mengubah atau memalingkan Al Quran dalam penerjemahan, atau menukarnya dengan kata yang maknanya lain. Yang diperlukan hanyalah menolong orang-orang yang tidak mengerti Bahasa Arab, dengan jalan menerjemahkan ke dalam bahasa mereka, dan mengingatkan mereka yang masih lengah atau kurang awas terhadap ayat-ayat Allah yang sebenarnya sudah sangat jelas. Dengan demikian jika Al Quran sudah dibacakan namun sulit masuk ke dalam hati, maka hatinyalah yang bermasalah, bukan Al Qurannya




"MUHKAMAT"
PENERJEMAHAN AL QUR'AN

Pada terjemahan-terjemahan Al Quran yang beredar di masyarakat, seringkali terdapat penerjemahan yang serampangan tidak cermat, yang akibatnya jadi melenceng. Padahal Al Quran benar-benar harus dibaca dan difahami secara bersih dan lurus.

Memang sulit (bahkan nyaris tidak mungkin) menerjamahkan suatu bahasa ke dalam bahasa lain secara tepat dan akurat, karena setiap bahasa memiliki ciri dan karakter yang berbeda-beda. Namun setidaknya perlu kehati-hatian dan kecermatan, agar perbedaan tersebut tidak mengakibatkan penyimpangan yang essensial.

Demikian pula terjemahan versi Depag pada surat Ali Imron : 7 seperti dikutip di atas, ada kemelencengan yang tidak begitu terasa, namun akibatnya cukup terasa melenceng dari sasaran makna yang dimaksud. Kita simak kembali sebagai berikut:

"Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Diantara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Quran dan yang lain ayat-ayat mutasyaabihaat. Adapun orang orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta`wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta`wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami”. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran (daripadanya) kecuali orang-orang yang berakal". (Ali Imron:7)

Pada bagian yang digaris bawahi, penerjemahannya tidak cermat dan lurus, (di bagian awalpun masih ada, meski tidak begitu fatal) akibatnya, kesan yang diperoleh dari ayat tersebut jadi melenceng (terjadi deviasi). Kemelencengannya itu tidak begitu kentara, perlu kejelian dan kecermatan untuk menyadarinya. Ketika seseorang menemukan dan menyadari “eror” tersebut, sungguh tidak mudah menerangkannya kepada orang lain, perlu wacana yang panjang lebar, itupun belum tentu difahami, apalagi mereka yang kurang sekali pengetahuan Bahasa Arabnya. Kendati demikian, kita coba saja seadanya.

1. Penggalan kalimat “sebagian ayat-ayat mutasyabihat” adalah menerjemahkan penggalan ayat “maa tasyaabaha minhu”. Terjemah yang lebih lurus adalah: “Apa-apa yang hampir serupa (mirip-mirip) dari kitab tersebut” . Atau dalam susunan kata yang lain bisa berbunyi: “Ayat-ayat yang mutasyabihat dari kitab tersebut”. Kata “minhu” bukan mengacu ke ayat-ayat mutasyabihat, melainkan kepada “Al Kitab”, karena bentuknya mudzakkar tunggal. Kata penunjuk untuk ayat mutasyabihaat adalah “hunna” karena bentuknya jamak muannats, sebagaimana Allah gunakan pada bagian awal ayat tersebut, untuk ayat muhkamat: “Hunna ummul Kitab”

2. Menyisipkan kata “untuk”, mengundang kesan bahwa, mencari-cari fitnah dan mencari-cari ta`wil adalah tujuan mereka. Padahal kedudukan kalimat yang bersangkutan adalah “haal” , dan tidak ada lam (“Li”) yang artinya untuk/agar. Kesan yang sebenarnya terkandung adalah: Mereka tidak sadar bahwa sikap dan perbuatan mereka itu (akan) menimbulkan fitnah (eror berat), dan mereka tidak sadar bahwa dengan begitu berarti mereka mencari-cari takwil yang sebenarnya hanya hak Allah saja.

3. Penggalan kalimat yang berbunyi: “kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihaat”, adalah tenerjemahan dari penggalan ayat: “Aamannaa bihi” yang terjemahan sebenarnya adalah “kami beriman kepada Al Kitab”. Sebagaimana kata “minhu” pada kasus diatas, “bihi” bukan mengacu kepada ayat mutasyabihat, melainkan mengacu kepada “Al Kitab”.

4. Disusul lagi dengan penyisipan kata (daripadanya), memperkuat kesan menjadi: “tidak ada yang bisa mengambil pelajaran dari ayat-ayat mutasyabihaat kecuali ....”. Tanpa sisipan kata tersebut, maknanya lebih umum, yakni: “Tidak ada yang mengambil pelajaran kecuali Ulul Albaab”

5. Menerjemahkan kata “Ulul Albaab” dengan “orang-orang yang berakal” adalah terlalu riskan. Sebab, semua orang waras tentu berakal, sedangkan “Ulul Albaab” adalah jenis “manusia langka”. Lebih aman lagi jika Ulul Albaab dipandang sebagi suatu istilah yang tidak diterjemahkan, kemudian diberikan keterangan terurai tentang siapakah mereka itu.

Pengubahan-pengubahan terjemah tersebut diatas, mungkin terkesan sepele dan tidak begitu prinsipil. Namun jika disimak secara cermat akibatnya cukup serius, yakni sasaran “tertuduh” oleh ayat tersebut menjadi kabur, dan orang-orang yang bersangkutan merasa luput dari tuduhan, apalagi “tuntutan”.

"Dan bacakanlah kepada mereka berita tentang orang-orang yag telah Kami datangkan kepada mereka ayat-ayat Kami, kemudian mereka berkelit (melepaskan diri) dari ayat-ayat itu, maka syetan menjeratnya dan jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat". (Al A’rof:175)

Wallahu a'lamu bi-showab

Senin, 29 November 2010

11 Pintu Syurga

11 Pintu Syurga.
Ada 11 pintu syurga buat siapakah pintu-pintu tersebut :
 pintu tersebut untuk orang-orang yang mempunyai  karakteristik sbb :


  1.Babul Yamin untuk manusia tanpa hisab
  2.Babul jihad untuk para syuhada
  3.Babut taubah untuk orang yang bertaubat
  4.Babus shalat untuk orang yang shalat
  5.Babul haji untuk yang berhaji
  6.Babur raihan untuk orang yang berpuasa
  7.Babus sadaqah untuk orang yang sadaqah dijalan Allah
  8.Babur ridha untuk orang yang memaafkan hutang
  9.Babuz zaminul ghairi untuk orang yang suka menahan marah
10.Babul ma’ruf untuk orang yang jujur dan baik kepada siapapun
11.Babur rahman khusus untuk Rasulullah


Demikian  sekedar informasi agar dapat dikembangkan implementasinya.agar orang muslim dapat mencapai syurga yang diharapkan.

WANITA - WANITA PENGUKIR SEJARAH.

Mar'ah Muslimah, Tarikh Islam
sumber: www.dakwatuna.com

Mar'ah Muslimah, Tarikh Islam
sumber: www.dakwatuna.com

I. KHADIJAH RA.

Dengan menyebut Nama Allah. Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, segenap keluarga, para sahabat dan generasi penerusnya.

Sejarah Islam dipenuhi dengan peristiwa besar dan berpengaruh terhadap peradaban

Kita berada di sini, saat ini, dan dalam kondisi seperti ini adalah buah dari karya besar para pendahulu kita. Karena jasa merekalah saat ini kita menikmati kehidupan seperti sekarang. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah kita mengenang, mengingat, mempelajari, dan meneladani kehidupan dan perjuangan mereka.

“Barang siapa yang tidak berterimakasih kepada manusia, berarti tidak bersyukur kepada Allah.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Tak terkecuali orang-orang besar yang telah mengukirkan karyanya dalam sejarah adalah wanita-wanita Islam. Para muslimah tersebut bahu membahu, berkontribusi dan turut berjuang bersama kaum lelaki dalam membela yang hak.

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf: 111)

Musuh-musuh Islam tahu bahwa wanita merupakan salah satu unsur kekuatan masyarakat Islam. Musuh-musuh Islam telah menempuh berbagai cara untuk merusak wanita muslimah. Oleh karena itulah, kita harus kembali mengungkap kembali profil dan meneladani perjuangan wanita-wanita muslimah sebagai bekal untuk mengangkat harkat dan derajat wanita muslimah. Setiap pejuang muslimah memiliki keistimewaan dan sarat dengan nilai-nilai positif yang telah mengukirkan sejarahnya dalam sejarah Islam.

Berikut kita bisa menyimak beberapa profil dan meneladani para pejuang wanita Islam sepanjang sejarah.

A. Ummahat Al Mukminin

1. Khadijah RA.

Nama lengkapnya Khadijah binti Khuwailid bin As’ad bin Abd Al Uzza’. Ia dilahirkan di Makkah tahun 68 sebelum hijrah. Ia adalah wanita yang sukses dalam perniagaan, seorang saudagar wanita terhormat dan kaya raya. Pada masa jahiliyah ia dipanggil Ath Thaharoh (wanita suci) karena ia senantiasa menjaga kehormatan dan kesucian dirinya. Orang-orang Quraisy menyebutnya sebagai pemimpin wanita Quraisy.

Rasulullah bersabda tentang Khadijah, “Allah tidak menggantikan untukku wanita yang lebih baik darinya. la beriman kepadaku di saat orang lain ingkar kepadaku, ia mempercayaiku di saat orang lain mendustakanku, ia menolongku dengan hartanya di saat orang lain tidak ada yang menolongku, dan Allah telah mengaruniakan kepadaku putra (dari hasil perkawinan dengan) nya sedang wanita-wanita lain tidak.”

Keistimewaan Khadijah:
1. Ia adalah wanita yang pertama kali memeluk Islam. Ia beriman kepada Nabi disaat semua orang kafir padanya.
2. Ia adalah wanita pertama yang dijamin masuk surga bahkan ia mendapat kabar gembira dari Allah, bahwa Allah telah membangunkan bagi rumah di surga.

Abu Hurairah RA menyatakan bahwa Jibril datang kepada nabi saw seraya berkata, “Wahai Rasulullah, Khadijah sedang berjalan kemari. Ia membawa wadah yang berisi kuah, makanan atau minuman. Jika ia sampai kepadamu, maka katakanlah bahwa Tuhannya dan aku menyampaikan salam kepadanya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepadanya bahwa ia mendapat sebuah rumah di dalam surga”. (Mutafaq ‘alaih)

1. Manusia pertama yang mendapat salam dari Allah yang disampaikan dari langit ke tujuh. Ia pantas menerimanya karena selalu setia mendampingi Nabi dalam kondisi seperti apapun.

Anas RA meriwayatkan bahwa ketika Jibril datang kepada Rasulullah saw yang sedang berduaan dengan Khadijah RA, Jibril berkata, “Sesungguhnya Allah menyampaikan salam kepada Khadijah”. Khadijah membalas, “Sesungguhnya Allah-lah As Salaam (Maha Pemberi Kesejahteraan). Sebaliknya kuucapkan salam kepada Jibril dan kepadamu. Semoga Allah melimpahkan kesejahteraan, rahmat dan berkahNya kepadamu.” (HR An Nasa’i)

2. Wanita pertama yang layak dikategorikan shiddiq di antara wanita mukmin lainnya.

3. Mengorbankan seluruh hartanya untuk kepentingan Nabi

4. Wanita yang memberikan keturunan bagi Nabi

5. Wanita yang matang dan cerdas, pandai menjaga kesucian, dan terpandang bahkan sejak masa jahiliyah dan diberi gelar Ath Thahiroh (wanita yang suci). Ia adalah orang yang terhormat, taat beragama dan sangat dermawan.

6. Seluruh hidupnya di berikan untuk mendukung dan membela dakwah Nabi.

7. Orang yang pertama shalat bersama Nabi SAW


II. SAUDAH BINTI JAM'AH

Nama lengkapnya Saudah binti Zam’ah bin Qais. Ia masuk Islam bersama suaminya, Sakran bin Amr, di masa awal dakwah Islam. la ikut berhijrah ke Habasyah (Ethiopia). Suaminya meninggal di Mekah setelah ia pulang dari Habasyah bersama kaum muslimin. Ia berpostur tubuh tinggi dan kurus. la terkenal suka berkelakar, bercanda, dan humor. la adalah wanita yang suka berderma.

la merawikan 5 hadits dari Nabi. Di antaranya, ia berkata, “Ada seorang laki-laki yang datang menemui Nabi sembari berkata, “Ayahku telah lanjut usia dan ia sudah tidak mampu menunaikan haji.” Nabi bersabda, “Bukankah seandainya ayahmu punya utang, lalu kamu melunasinya, dan itu akan diterima? ” “Ya”, jawab laki-laki itu. “Allah Maha Pengasih, maka tunaikanlah haji atas nama ayahmu!” kata Nabi.

Saudah RA adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah setelah Khadijah RA meninggal. Ia menjadi satu-satunya istri Nabi saw selama tiga tahun sebelum nabi menikah dengan Aisyah RA.

Keistimewaan Saudah binti Zam’ah:

1. Termasuk wanita pertama yang memeluk Islam, ikut hijrah dua kali yakni ke Habasyah dan madinah Munawwarah.

2. Ia termasuk golongan pertama yang masuk Islam

3. Selalu berusaha sekuat tenaga menyenangkan hati Nabi dengan memberikan jatah hari gilirannya kepada Aisyah RA karena Saudah RA tahu bahwa wanita yang paling dicintai oleh Nabi saw di antara istri-istrinya adalah Aisyah RA.

4. Aisyah berkata tentang Saudah, ”Aku tidak pernah menemukan seorang wanita yang lebih kusukai jika aku menjadi dirinya, selain Saudah binti Zam’ah. Seorang wanita yang kekuatan jiwanya luar biasa”.

5. Selalu mengejar kebaikan dan ketaatan bahkan Aisyah cemburu dengan kesegeraan Saudah dalam kebaikan dan ketaatan.

6. Saudah RA. adalah seorang wanita yang dermawan dan murah hati. Ibnu Sirin menceritakan bahwa Umar bin Khaththab (setelah menjadi Khalifah, penj.) pernah memberi satu karung berisi uang dirham kepada Saudah RA. Ketika melihatnya, Saudah RA. bertanya, “Apa yang ada dalam karung ini?” Petugas Umar menjawab, “Uang dirham (perak).” Saudah RA. terkejut, “Karung ini berisi uang dirham, seperti kurma? Hai pelayan, ambilkan nampan!” Saat itu juga, Saudah RA. membagi-bagikan uang dirham tersebut kepada orang-orang yang memerlukannya.

7. Mendapat izin dari tujuh lapis langit

Suatu ketika, Saudah RA. pernah mengalami masalah yang cukup memberatkan hatinya. Oleh sebab itu, ia segera menemui Nabi saw. untuk mengadukan permasalahannya. Ternyata, Allah berkenan menurunkan wahyu dari tujuh lapis langit untuk menyelesaikan masalah yang dialaminya, dan berlaku untuk siapa pun yang mengalami masalah yang sama hingga hari kiamat.

Aisyah RA. menuturkan, “Saudah binti Zam’ah RA. pernah keluar rumah malam hari. Umar melihatnya dan segera mengenalnya, maka ia berkata, ‘Demi Allah, engkau pasti Saudah. Kami mudah mengenalmu.’ Saudah merasa tidak enak hati, sehingga ia segera menjumpai Rasulullah saw. yang saat itu sedang makan malam di rumahku dan tangannya sedang memegang tulang yang nyaris habis dagingnya. Tidak lama kemudian, Allah menurunkan wahyu yang membenarkan tindakan Saudah. Rasulullah saw. berkata, Allah telah mengizinkan kalian keluar rumah selama ada keperluan.’” (Muttafaq ‘alaih)

III. AISYAH BINTI ABU BAKAR

Nama lengkapnya Aisyah binti Abi Bakar bin Utsman, biasa dipanggil Ummu Abdillah, dan digelari Ash-Shiddiqah (wanita yang membenarkan). la juga masyhur dengan panggilan ummul mukminin, dan Al-Humaira’, karena warna kulitnya sangat putih.

la dilahirkan tahun ke-4 atau ke-5 setelah kenabian. la menceritakan, bahwa Nabi pernah mengatakan kepadanya, “Aku bermimpi melihat kamu sebanyak dua kali. Malaikat datang kepadaku dengan membawa selembar kain sutra (foto) sambil berkata, “Inilah istrimu, maka bukalah penutup wajahnya!” Setelah kubuka, ternyata itu adalah kamu. Maka aku berkata, “Sekiranya perkara ini datangnya dari Allah, pasti ia terlaksana.” (HR. Al-Bukhari)

Pada saat Rasulullah menikahi Aisyah, beliau memberinya mahar sebesar 400 dirham.

Keistimewaan Aisyah RA:

a. Aisyah adalah istri yang paling dicintai oleh Rasulullah, dan yang paling banyak merawikan hadits dari Beliau. Ia merawikan 2210 hadits, 279 di antaranya terdapat di dalam Shahih Bukhari.

b. Ia adalah wanita yang paling luas ilmu dan pemahamannya di antara seluruh wanita umat ini. Ia termasuk wanita muslimah yang paling faqih dan paling mengerti tentang sastra dan agama. Banyak pembesar sahabat yang bertanya kepadanya tentang masalah-masalah fiqih, dan ia pun menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

c. Wanita yang dinyatakan kesuciannya dalam Al Qur’an. Kecintaan Rasulullah kepada Aisyah pernah menimbulkan kecemburuan di hati sebagian orang. Mereka menuduh Aisyah berbuat zina, padahal ia adalah wanita yang senantiasa menjaga kesucian dan kehormatan dirinya. Allah telah membebaskannya dari tuduhan tersebut di dalam Kitab-Nya.

d. Tentang Aisyah, Rasulullah pernah mengatakan, “Keutamaan Aisyah atas wanita-wanita yang lainnya adalah seperti keutamaan tsarid (makanan yang terdiri dari roti dan daging) atas makanan lainnya.” (HR. Al-Bukhari)

e. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sakit, Beliau meminta izin kepada istri-istrinya agar Beliau dirawat di rumah Aisyah.

f. Amr bin Ash pernah bertanya kepada Rasul, “Siapakah orang yang paling Anda cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah”. “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. “Ayahnya, Abu Bakar”, jawab Beliau. “Kemudian siapa?” tanya Amr. “Umar bin Khaththab”, jawab Beliau.” (HR. Al-Bukhari)

g. Satu-satunya wanita yang dinikahi Rasulullah yang masih gadis.

h. Aisyah adalah wanita terkemuka dengan segudang keistimewaan, terkemuka dalam kedermawanan, kezuhudan dan sifat-sifat yang mulia.

i. Jibril as. memberi salam kepadanya

Ibnu Syihab menyatakan bahwa Abu Usamah berkata, “Sesungguhnya “Aisyah RA. pernah mengungkapkan bahwa pada suatu hari Rasulullah saw. berkata kepadanya, “Hai ‘Aisyah, ini Jibril. la mengucapkan salam kepadamu.” ’Aisyah membalas, “Wa ‘alaihis Salaam wa Rahmatullah wa Barakaatuh (semoga Jibril juga mendapat kesejahteraan, limpahan kasih sayang dan berkah dari Allah), Engkau (Rasulullah SAW) melihat sesuatu yang tidak dapat kulihat.” (Muttafaq ‘alaih)

j. Wahyu turun saat Nabi berselimut bersama Aisyah

”….Demi Allah sesungguhnya Allah tidak pernah menurunkan wahyu ketika aku sedang dalam satu selimut dengan siapapun di antara kalian (istri-istri Nabi), selain Aisyah”. (HR Bukhari)

k. Wanita yang sangat zuhud dan dermawan luar biasa, ahli ibadah dan puasaI. KHADIJAH RA.

Dengan menyebut Nama Allah. Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, segenap keluarga, para sahabat dan generasi penerusnya.

Sejarah Islam dipenuhi dengan peristiwa besar dan berpengaruh terhadap peradaban

Kita berada di sini, saat ini, dan dalam kondisi seperti ini adalah buah dari karya besar para pendahulu kita. Karena jasa merekalah saat ini kita menikmati kehidupan seperti sekarang. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah kita mengenang, mengingat, mempelajari, dan meneladani kehidupan dan perjuangan mereka.

“Barang siapa yang tidak berterimakasih kepada manusia, berarti tidak bersyukur kepada Allah.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Tak terkecuali orang-orang besar yang telah mengukirkan karyanya dalam sejarah adalah wanita-wanita Islam. Para muslimah tersebut bahu membahu, berkontribusi dan turut berjuang bersama kaum lelaki dalam membela yang hak.

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS Yusuf: 111)

Musuh-musuh Islam tahu bahwa wanita merupakan salah satu unsur kekuatan masyarakat Islam. Musuh-musuh Islam telah menempuh berbagai cara untuk merusak wanita muslimah. Oleh karena itulah, kita harus kembali mengungkap kembali profil dan meneladani perjuangan wanita-wanita muslimah sebagai bekal untuk mengangkat harkat dan derajat wanita muslimah. Setiap pejuang muslimah memiliki keistimewaan dan sarat dengan nilai-nilai positif yang telah mengukirkan sejarahnya dalam sejarah Islam.

Berikut kita bisa menyimak beberapa profil dan meneladani para pejuang wanita Islam sepanjang sejarah.

A. Ummahat Al Mukminin

1. Khadijah RA.

Nama lengkapnya Khadijah binti Khuwailid bin As’ad bin Abd Al Uzza’. Ia dilahirkan di Makkah tahun 68 sebelum hijrah. Ia adalah wanita yang sukses dalam perniagaan, seorang saudagar wanita terhormat dan kaya raya. Pada masa jahiliyah ia dipanggil Ath Thaharoh (wanita suci) karena ia senantiasa menjaga kehormatan dan kesucian dirinya. Orang-orang Quraisy menyebutnya sebagai pemimpin wanita Quraisy.

Rasulullah bersabda tentang Khadijah, “Allah tidak menggantikan untukku wanita yang lebih baik darinya. la beriman kepadaku di saat orang lain ingkar kepadaku, ia mempercayaiku di saat orang lain mendustakanku, ia menolongku dengan hartanya di saat orang lain tidak ada yang menolongku, dan Allah telah mengaruniakan kepadaku putra (dari hasil perkawinan dengan) nya sedang wanita-wanita lain tidak.”

Keistimewaan Khadijah:
1. Ia adalah wanita yang pertama kali memeluk Islam. Ia beriman kepada Nabi disaat semua orang kafir padanya.
2. Ia adalah wanita pertama yang dijamin masuk surga bahkan ia mendapat kabar gembira dari Allah, bahwa Allah telah membangunkan bagi rumah di surga.

Abu Hurairah RA menyatakan bahwa Jibril datang kepada nabi saw seraya berkata, “Wahai Rasulullah, Khadijah sedang berjalan kemari. Ia membawa wadah yang berisi kuah, makanan atau minuman. Jika ia sampai kepadamu, maka katakanlah bahwa Tuhannya dan aku menyampaikan salam kepadanya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepadanya bahwa ia mendapat sebuah rumah di dalam surga”. (Mutafaq ‘alaih)

1. Manusia pertama yang mendapat salam dari Allah yang disampaikan dari langit ke tujuh. Ia pantas menerimanya karena selalu setia mendampingi Nabi dalam kondisi seperti apapun.

Anas RA meriwayatkan bahwa ketika Jibril datang kepada Rasulullah saw yang sedang berduaan dengan Khadijah RA, Jibril berkata, “Sesungguhnya Allah menyampaikan salam kepada Khadijah”. Khadijah membalas, “Sesungguhnya Allah-lah As Salaam (Maha Pemberi Kesejahteraan). Sebaliknya kuucapkan salam kepada Jibril dan kepadamu. Semoga Allah melimpahkan kesejahteraan, rahmat dan berkahNya kepadamu.” (HR An Nasa’i)

2. Wanita pertama yang layak dikategorikan shiddiq di antara wanita mukmin lainnya.

3. Mengorbankan seluruh hartanya untuk kepentingan Nabi

4. Wanita yang memberikan keturunan bagi Nabi

5. Wanita yang matang dan cerdas, pandai menjaga kesucian, dan terpandang bahkan sejak masa jahiliyah dan diberi gelar Ath Thahiroh (wanita yang suci). Ia adalah orang yang terhormat, taat beragama dan sangat dermawan.

6. Seluruh hidupnya di berikan untuk mendukung dan membela dakwah Nabi.

7. Orang yang pertama shalat bersama Nabi SAW


II. SAUDAH BINTI JAM'AH

Nama lengkapnya Saudah binti Zam’ah bin Qais. Ia masuk Islam bersama suaminya, Sakran bin Amr, di masa awal dakwah Islam. la ikut berhijrah ke Habasyah (Ethiopia). Suaminya meninggal di Mekah setelah ia pulang dari Habasyah bersama kaum muslimin. Ia berpostur tubuh tinggi dan kurus. la terkenal suka berkelakar, bercanda, dan humor. la adalah wanita yang suka berderma.

la merawikan 5 hadits dari Nabi. Di antaranya, ia berkata, “Ada seorang laki-laki yang datang menemui Nabi sembari berkata, “Ayahku telah lanjut usia dan ia sudah tidak mampu menunaikan haji.” Nabi bersabda, “Bukankah seandainya ayahmu punya utang, lalu kamu melunasinya, dan itu akan diterima? ” “Ya”, jawab laki-laki itu. “Allah Maha Pengasih, maka tunaikanlah haji atas nama ayahmu!” kata Nabi.

Saudah RA adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah setelah Khadijah RA meninggal. Ia menjadi satu-satunya istri Nabi saw selama tiga tahun sebelum nabi menikah dengan Aisyah RA.

Keistimewaan Saudah binti Zam’ah:

1. Termasuk wanita pertama yang memeluk Islam, ikut hijrah dua kali yakni ke Habasyah dan madinah Munawwarah.

2. Ia termasuk golongan pertama yang masuk Islam

3. Selalu berusaha sekuat tenaga menyenangkan hati Nabi dengan memberikan jatah hari gilirannya kepada Aisyah RA karena Saudah RA tahu bahwa wanita yang paling dicintai oleh Nabi saw di antara istri-istrinya adalah Aisyah RA.

4. Aisyah berkata tentang Saudah, ”Aku tidak pernah menemukan seorang wanita yang lebih kusukai jika aku menjadi dirinya, selain Saudah binti Zam’ah. Seorang wanita yang kekuatan jiwanya luar biasa”.

5. Selalu mengejar kebaikan dan ketaatan bahkan Aisyah cemburu dengan kesegeraan Saudah dalam kebaikan dan ketaatan.

6. Saudah RA. adalah seorang wanita yang dermawan dan murah hati. Ibnu Sirin menceritakan bahwa Umar bin Khaththab (setelah menjadi Khalifah, penj.) pernah memberi satu karung berisi uang dirham kepada Saudah RA. Ketika melihatnya, Saudah RA. bertanya, “Apa yang ada dalam karung ini?” Petugas Umar menjawab, “Uang dirham (perak).” Saudah RA. terkejut, “Karung ini berisi uang dirham, seperti kurma? Hai pelayan, ambilkan nampan!” Saat itu juga, Saudah RA. membagi-bagikan uang dirham tersebut kepada orang-orang yang memerlukannya.

7. Mendapat izin dari tujuh lapis langit

Suatu ketika, Saudah RA. pernah mengalami masalah yang cukup memberatkan hatinya. Oleh sebab itu, ia segera menemui Nabi saw. untuk mengadukan permasalahannya. Ternyata, Allah berkenan menurunkan wahyu dari tujuh lapis langit untuk menyelesaikan masalah yang dialaminya, dan berlaku untuk siapa pun yang mengalami masalah yang sama hingga hari kiamat.

Aisyah RA. menuturkan, “Saudah binti Zam’ah RA. pernah keluar rumah malam hari. Umar melihatnya dan segera mengenalnya, maka ia berkata, ‘Demi Allah, engkau pasti Saudah. Kami mudah mengenalmu.’ Saudah merasa tidak enak hati, sehingga ia segera menjumpai Rasulullah saw. yang saat itu sedang makan malam di rumahku dan tangannya sedang memegang tulang yang nyaris habis dagingnya. Tidak lama kemudian, Allah menurunkan wahyu yang membenarkan tindakan Saudah. Rasulullah saw. berkata, Allah telah mengizinkan kalian keluar rumah selama ada keperluan.’” (Muttafaq ‘alaih)

III. AISYAH BINTI ABU BAKAR

Nama lengkapnya Aisyah binti Abi Bakar bin Utsman, biasa dipanggil Ummu Abdillah, dan digelari Ash-Shiddiqah (wanita yang membenarkan). la juga masyhur dengan panggilan ummul mukminin, dan Al-Humaira’, karena warna kulitnya sangat putih.

la dilahirkan tahun ke-4 atau ke-5 setelah kenabian. la menceritakan, bahwa Nabi pernah mengatakan kepadanya, “Aku bermimpi melihat kamu sebanyak dua kali. Malaikat datang kepadaku dengan membawa selembar kain sutra (foto) sambil berkata, “Inilah istrimu, maka bukalah penutup wajahnya!” Setelah kubuka, ternyata itu adalah kamu. Maka aku berkata, “Sekiranya perkara ini datangnya dari Allah, pasti ia terlaksana.” (HR. Al-Bukhari)

Pada saat Rasulullah menikahi Aisyah, beliau memberinya mahar sebesar 400 dirham.

Keistimewaan Aisyah RA:

a. Aisyah adalah istri yang paling dicintai oleh Rasulullah, dan yang paling banyak merawikan hadits dari Beliau. Ia merawikan 2210 hadits, 279 di antaranya terdapat di dalam Shahih Bukhari.

b. Ia adalah wanita yang paling luas ilmu dan pemahamannya di antara seluruh wanita umat ini. Ia termasuk wanita muslimah yang paling faqih dan paling mengerti tentang sastra dan agama. Banyak pembesar sahabat yang bertanya kepadanya tentang masalah-masalah fiqih, dan ia pun menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.

c. Wanita yang dinyatakan kesuciannya dalam Al Qur’an. Kecintaan Rasulullah kepada Aisyah pernah menimbulkan kecemburuan di hati sebagian orang. Mereka menuduh Aisyah berbuat zina, padahal ia adalah wanita yang senantiasa menjaga kesucian dan kehormatan dirinya. Allah telah membebaskannya dari tuduhan tersebut di dalam Kitab-Nya.

d. Tentang Aisyah, Rasulullah pernah mengatakan, “Keutamaan Aisyah atas wanita-wanita yang lainnya adalah seperti keutamaan tsarid (makanan yang terdiri dari roti dan daging) atas makanan lainnya.” (HR. Al-Bukhari)

e. Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sakit, Beliau meminta izin kepada istri-istrinya agar Beliau dirawat di rumah Aisyah.

f. Amr bin Ash pernah bertanya kepada Rasul, “Siapakah orang yang paling Anda cintai?” Beliau menjawab, “Aisyah”. “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. “Ayahnya, Abu Bakar”, jawab Beliau. “Kemudian siapa?” tanya Amr. “Umar bin Khaththab”, jawab Beliau.” (HR. Al-Bukhari)

g. Satu-satunya wanita yang dinikahi Rasulullah yang masih gadis.

h. Aisyah adalah wanita terkemuka dengan segudang keistimewaan, terkemuka dalam kedermawanan, kezuhudan dan sifat-sifat yang mulia.

i. Jibril as. memberi salam kepadanya

Ibnu Syihab menyatakan bahwa Abu Usamah berkata, “Sesungguhnya “Aisyah RA. pernah mengungkapkan bahwa pada suatu hari Rasulullah saw. berkata kepadanya, “Hai ‘Aisyah, ini Jibril. la mengucapkan salam kepadamu.” ’Aisyah membalas, “Wa ‘alaihis Salaam wa Rahmatullah wa Barakaatuh (semoga Jibril juga mendapat kesejahteraan, limpahan kasih sayang dan berkah dari Allah), Engkau (Rasulullah SAW) melihat sesuatu yang tidak dapat kulihat.” (Muttafaq ‘alaih)

j. Wahyu turun saat Nabi berselimut bersama Aisyah

”….Demi Allah sesungguhnya Allah tidak pernah menurunkan wahyu ketika aku sedang dalam satu selimut dengan siapapun di antara kalian (istri-istri Nabi), selain Aisyah”. (HR Bukhari)

k. Wanita yang sangat zuhud dan dermawan luar biasa, ahli ibadah dan puasa

MAKNA & KEAJAIBAN SEDEKAH

MAKNA & KEAJAIBAN SEDEKAH
by Hendro Kusworo on Tuesday, November 2, 2010 at 6:22am

Makna Sedekah

Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Menurut pengertian istilah syariat, sedakah berarti segala pemberian amal derma di jalan Allah. Pengertian sedekah sama dengan pengertian infak. Hanya saja, jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut juga hal yang non-materi. Misalnya amal kebaikan yang dilakukan seorang Muslim, juga termasuk sedekah, seperti konsep sedekah menurut Nabi SAW., ”Setiap amal yang baik adalah sedekah.” Bahkan, beliau bersabda, ”Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.”

Anjuran bersedekah ini adalah berdasarkan dari banyaknya firman-firman Allah SWT yang tertera dalam Al-Qur’anul Karim, diantaranya adalah seperti yang terdapat dalam surat

QS Ali Imran, ayat: 92, dan 180.

لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّـهَ بِهِ عَلِيمٌ ﴿٩٢ ''Engkau tak akan mendapatkan kebaikan apa pun hingga kalian menyedekahkan sebagian harta yang paling kalian cintai. Ketahuilah, apa pun yang kalian infakkan, Allah pasti mengetahuinya.''

(QS. Ali 'Imran: 92).وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّـهُ مِن فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَّهُم ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّـهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّـهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿١٨٠﴾ "Dan janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahawa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi."

(QS: Ali Imran: 180) Kemudian beberapa hadist Rasulullah SAW tentang fadhilah bersedekah, antara lain: “Orang yang mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang miskin ibarat berjihad dijalan Allah dan ibarat orang yang shalat malam. Ia tidak merasa lelah dan ia juga ibarat orang berpuasa yang tidak pernah berbuka”. (Hadis Riwayat: Imam Bukhari) “Barangsiapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain”. (Hadis Riwayat: Imam Ahmad) “ Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan Bersedekah dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana”. (Hadis Riwayat: Imam Ath-Thabrani) “ Tiap muslim wajib Bersedekah. Para sahabat bertanya, "Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?" Nabi s.a.w. menjawab, "Bekerja dengan keterampilan tangannya untuk kemanfaatan bagi dirinya lalu Bersedekah." Mereka bertanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak mampu?" Nabi menjawab: "Menolong orang yang memerlukankan yang sedang teraniaya" Mereka bertanya: "Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?" Nabi menjawab: "Menyuruh berbuat ma'ruf." Mereka bertanya: "Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?" Nabi s.a.w. menjawab, "Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sedekah." (Hadis Riwayat: Imam Bukhari dan Imam Muslim) “ Orang yang membatalkan pemberian (atau meminta kembali) sedekahnya adalah seperti anjing yang makan kembali muntahannya”. (Hadis Riwayat: Imam Bukhari) “ Barangsiapa diberi Allah harta dan tidak menunaikan zakatnya kelak pada hari kiamat dia akan dibayang-bayangi dengan seekor ular bermata satu di tengah dan punya dua lidah yang melilitnya. Ular itu mencengkam kedua rahangnya seraya berkata, "Aku hartamu, aku pusaka simpananmu." Kemudian nabi s.a.w. membaca firman Allah surat Ali Imran ayat 180: "Dan janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahawa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi." (Hadis Riwayat: Imam Bukhari

LikeUnlike · Comment · Share · Delete

Minggu, 28 November 2010

Hati-hati membaca kitab IHYA' ULUMIDDIN karya imam Ghazali,dia adalah ahli filsafat.bukan ahli fikih.

Hati-hati membaca kitab IHYA' ULUMIDDIN karya imam Ghazali,dia adalah ahli filsafat.bukan ahli fikih.
by Hendro Kusworo on Friday, November 5, 2010 at 3:12am

IHYA' ULUMIDDIN JILID 7-8



PENJELASAN: arti su-ul-khatimah



Kalau anda bertanya: bahwa kebanyakan mereka itu, takutnya adalah kepada su-ul-khatimah, maka apa arti su-ul-khatimah itu?



Ketahuilah, bahwa su-ul-khatimah itu ada dua tingkat. Salah satu daripadanya lebih besar dari yang lain.



Adapun tingkat yang besar, yang mendahsyatkan, bahwa mengerasi atas hati, ketika sakaratul-maut dan lahir ke-huru-hara-annya, adakalanya oleh keraguan dan adakalanya oleh keingkaran. Lalu roh (nyawa) diambil dalam keadaan kerasnya keingkaran atau keraguan. Maka ikatan keingkaran yang mengerasi atas hati itu, menjadi dinding (hijab) di antaranya dan Allah Ta'ala untuk selama-Iamanya. Dan yang demikian menghendaki akan kejauhan yang terus-menerus dan siksaan yang berkekalan.



Yang kedua, yaitu: kurang dari yang pertama tadi, bahwa mengerasi atas batinya ketika mati, oleh kecintaan kepada sesuatu dari hal dunia dan keinginan dari keinginan-keinginan dunia. Maka membentuk yang demikian itu dalam batinya dan menenggelamkannya. Sehingga, tidak ada lagi dalam keadaan itu, tempat yang lapang untuk yang lain. Maka berkebetulan pengambilan nyawanya dalam keadaan yang demikian. Maka adalah ketenggelaman batinya dengan yang demikian itu, membalikkan kepalanya ke dunia. Dan memalingkan mukanya ke dunia itu.



Manakala muka telah berpaling dari Allah Ta'ala, niscaya terjadilah hijab. Dan manakala telah terjadi hijab, niscaya turunlah azab. Karena neraka Allah yang menyala-nyala itu, tidak mengambil, selain orang-orang yang terhijab daripada Allah. Adapun orang mu'min yang sejahtera batinya dari kecintaan kepada dunia, yang terarah cita-citanya kepada Allah Ta'ala, maka neraka mengatakan kepadanya: "Lalulah, hai mu'min! Sinarmu telah memadamkan api-baraku".



Manakala berkebetulan pengambilan nyawa dalam keadaan kerasnya kecintaan kepada dunia, maka keadaan amat berbahaya. Karena manusia itu mati, menurut apa yang ia hidup. Dan tidak mungkin diusahakan sifat yang lain bagi hati, sesudah mati, yang berlawanan dengan sifat yang mengerasi atas dirinya. Karena tidak berlaku pada hati, selain amal-perbuatan anggota badan. Dan anggota badan itu telah batil dengan mati. Maka batillah segala amal perbuatan. Maka tak ada harapan pada amal perbuatan lagi. Dan tak ada harapan untuk kembali ke dunia, untuk memperoleh apa yang hilang. Dan ketika itu, besarlah penyesalan. Hanya, pokok iman dan kecintaan kepada Allah Ta'ala, apabila telah melekat pada hati, maka itu masa yang panjang. Dan yang demikian, bertambah teguh, dengan amal-amal shalih. Maka itu menghapuskan dari hati, akan keadaan tersebut, yang datang bagi hati ketika mati. Kalau ada kekuatan imannya kepada batas seberat biji sawi, niscaya iman itu mengeluarkannya dari neraka, pada waktu yang sangat dekat. Dan kalau kurang dari yang demikian, niscaya lamalah berhentinya dalam neraka. Dan kalau tak ada imannya, selain seberat sebutir biji-bijian, maka tak dapat tidak, iman itu akan mengeluarkannya dari neraka, walaupun sesudah ribuan tahun.



Kalau anda mengatakan: "Bahwa apa yang telah aku sebutkan itu meng-hendaki, bahwa bersegeralah neraka kepadanya, sesudah matinya. Maka apa artinya dikemudiankan kepada hari kiamat dan ditangguhkan sepanjang masa itu?".







Ketahuilah kiranya, bahwa setiap orang yang mengingkari akan azab kubur, maka orang itu pembuat bid'ah dan ia terdinding dari nur Allah Ta'ala, dari nur AI-Qur-an dan nur iman. Bahkan yang shahlih dari orang-orang yang mempunyai mata hati, ialah apa yang shahih pada hadits-hadits. Yaitu: bahwa kubur itu, adakalanya satu lobang dari lobang-lobang neraka atau suatu taman dari taman-taman syurga. (Dirawikan At-Tirmidzi dari Abi Sa'id katanya: hadits gharib.).



Dan kadang-kadang dibukakan kepada kubur yang diazabkan, tujuh puluh pintu dari neraka jahannam, sebagaimana tersebut pada hadits-hadits. Maka ketika nyawanya bereerai dari si mati, lalu turun padanya bala-bencana, kalau ia celaka dengan su-ul-khatimah. Hanya bermacam-macam jenis azab itu, densan bermacam-macam waktu. Maka adalah pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir ketika diletakkan orang yang mati itu dalam kubur (Telah diterangkan dahulu pada "Kaedah-kaedah I'tikad") dan penyiksaan sesudahnya. (Telah diterangkan dahulu.)



Kemudian perdebatan pada hitungan amal (hisab amal). (Telah diterangkan dahulu). Dan tersiarnya di hadapan orang banyak, yang menyaksikan di hari kiamat. Sesudah itu, bahaya pada titian shiratulmustaqim. Yaitu: malaikat-malaikat penjaga neraka (az-zabaniyah). Sampai kepada penghabisan apa yang tersebut pada hadits-hadits. Maka senantiasalah orang yang celaka itu bulak-balik dalam semua keadaannya, di antara berbagai macam azab-siksaan. Dan diazabkan dalam jumlah hal-keadaan itu, selain orang yang dilindungi oleh Allah dengan rahmatNYA.



Jangan anda menyangka, bahwa tempat iman itu dimakan oleh tanah. Akan tetapi, tanah memakan semua anggota badan dan dihancurkannya, sampai datang waktunya. Maka berkumpullah babagian-babagian badan yang telah cerai-berai. Dan dikembalikan nyawa kepadanya, di mana nyawa itu adalah tempatnya iman. Dan nyawa itu, sejak dari waktu mati. sampai kepada dikembalikan, adakalanya: dalam perut burung hijau, yang tergantung di bawah 'Arasy, jikalau nyawa itu berbabagia. Dan adakalanya dalam keadaan yang berlawanan dengan keadaan di atas, jikalau kita berlindung dengan Allah ada nyawa itu tidak mendapat kebabagiaan. Kalau anda bertanya: "Apa sebabnya yang membawa kepada su-ul-khatimah? Maka ketahuilah, bahwa sebab-sebab keadaan ini, tidak mungkin dihinggakan dengan uraian. Akan tetapi, mungkin diisyaratkan kepada kumpulannya. Adapun kesudahan dengan keraguan dan keingkaran, maka terbatas sebabnya pada dua perkara:



Pertama: tergambar kesudahan itu serta sempurnanya wara' dan zuhud dan sempurnanya kebaikan pada amal-perbuatan, seperti orang yang me-ngerjakan bid'ah, yang zuhud. Maka akibatnya berbahaya sekali. Walau pun amal-perbuatannya shalih. Dan tidaklah aku maksudkan suatu mazbab, lalu aku katakan, bahwa: itu bid'ah. Maka penjelasan yang demikian itu akan panjang pembicaraan padanya. Akan tetapi, aku kehendaki dengan bid'ah, ialah: bahwa seseorang beri'tikad mengenai zat Allah Ta'ala, sifatNya dan afalNya, menyalahi kebenaran. Lalu ia beri'tikad menyalahi apa yang sebenamya. Adakalanya, dengan pendapatnya, dengan yang difikirinya dan pandangannya, yang dengan demikian itu, ia berdebat dengan musuhnya. Kepada yang demikian, ia berpegang. Dan yang demikian itu, ia tertipu. Adakalanya, ia mengambil dengan ikut-ikutan (taqlid) dari orang, yang demikian keadaannya. Maka apabila telah mendekati mati, telah menampak baginya ubun-ubun Malakul-maut dan bergoncangan hati, dengan apa padanya, kadang-kadang terbukalah baginya dalam keadaan sakaratul-maut itu, batalnya apa yang telah dii'tikadkannya, karena kebodohan. Karena keadaan mati itu, ialah: keadaan terbukanya tutup.



Dan permulaan sakaratnya itu daripadanya. Maka kadang-kadang terbuka sebagian perkara.







Maka manakala batallah padanya, apa yang telah dii'tikadkannya (diyakininya) dan ia telah berketetapan hati dan yakin pada dirinya, niscaya ia tidak menyangka, bahwa ia bersalah pada i'tikad tersebut khususnya. Karena ia terbawa kepada pendapat yang batil dan akal yang kurang. Bahkan, ia menyangka, bahwa setiap apa yang dii'tikadkannya itu tidak berasal. Karena tak ada padanya, perbedaan antara imannya kepada Allah dan RasulNYA dan aqidah-aqidahnya yang lain yang benar, dengan i'tikad yang salah. Maka tersingkapnya sebabagian aqidahnya dari kebodohan, adalah sebab batalnya aqidah-aqidahnya yang lain. Atau karena keraguannya pada aqidah-aqidah itu.



Kalau kebetulan keluar nyawanya pada kali ini, sebelum ia tetap dan kembali kepada pokok iman, maka berkesudahanlah baginya dengan keadaan buruk (su-ul-kha-timah). Dan keluarlah nyawanya di atas kemusyrikan.Kita berlindung dengan Allah daripada yang demikian. Mereka itulah Yang dimaksud dengan firman Allah Ta'al:



Artinya: "Dan ketika itu, jelas bagi mereka, bahwa apa-apa yang dahulunya mereka tiada kira itu, memang dari Allah". S.Az-Zumar. ayat 47.



Dan dengan firmanNYA:



Artinya: "Katakan: Akan Kami beritakankah kepadamu. orang-orang yang paling rugi dalam pekerjaannya? Mereka yang terbuang saja usahanya dalam kehidupan dunia. sedangkan mereka mengira. bahwa mereka melakukan usaha-usaha yang baik". S.AI-Kahf, ayat 103 - 104.



Dan sebagaimana kadang-kadang terbuka pada sakaratul-maut sebabagian keadaan. Karena kesibukan dunia dan nafsu keinginan badan, itulah yang mencegah hati daripada memperhatikan kepada alam malakut (alam tinggi). Maka ia membaca, apa yang pada Luh Mahfudh, supaya terbuka baginya keadaan yang sebenarnya. Maka adalah contoh hal keadaan ini. menjadi sebab bagi terbuka (al-kasyaf). Dan adalah al-kasyaf itu menjadi sebab keraguan pada i'tikad-i'tikad lainnya.



Setiap orang yang beri'tikad mengenai Allah Ta’ala. mengenai sifat-sifatNYA dan afalNYA. akan sesuatu dibalik yang sebenarnya, maka adakalanya, karena ikut-ikutan (taqlid). Dan adakalanya, karena memperhatikan kerada pendapat dan pemikiran. Maka dia berada dalam bahaya ini.



Zuhud dan ke-shalih-an itu tidak mencukupi, untuk menolak bahaya tersebut. Akan tetapi, tiada yang melepaskan daripadanya, selain oleh i'tikad yang benar. Dan orang-orang dungu dapat tersingkirkan dari bahaya ini. Yakni: mereka yang beriman kepada Allah. RasuINYA, dan hari akhirat, dengan iman yang mujmal (tiada terperinci), yang meresap dalam batinya. Seperti: orang Arab dusun, orang-orang hitam dan orang-orang awam lainnya, yang tiada terjun dalam pembahasan dan pemerhatian. Dan mereka tidak masuk dalam ilmu kalam (ilmu ketuhanan) secara bebas. Dan mereka tidak bertekun kepada bermacam-macam jenis orang-orang ahfi ilmu kalam (al-mutakallimin), pada mengikuti pembicaraan mereka itu yang bermacam-macam. Dan karena itulah Nabi s.a.w. bersabda:



Artinya: "Kebanyakan isi syurga itu orang-orang dungu". (Dirawikan AI-Bazzar dari Anas dan telah diterangkan dahulu.).















Karena itulah. dilarang oleh ulama salaf, dari pembahasan, pemerhatian dan penerjunan dalam ilmu kalam. Dan pemeriksaan dari urusan-urusan itu. Mereka menyuroh manusia membatasi diri untuk mengimani, dengan apa yang diturunkan oleh Allah 'Azza wa Jalla semuanya. Dan dengan setiap apa yang datang dari secara dhahiriyah saja. Serta beri'tikad akan tidak keserupaan (dalam bentuk apa pun antara KAHLIQ dengan makhluk). Mereka melarang manusia terjun dalam penta'wilan (mencari pengertian yang dapat dipahami pikiran). Karena bahaya pada membahas sifat-sifat Allah itu amat besar, halangan-halangannya menyusahkan dan jalan-jalannya menyulitkan.



Dan akaI manusia untuk mengetahui keagungan Allah Ta'ala itu pendek. Dan petunjuk Allah Ta'ala dengan nurul-yaqin dari hati, dengan apa yang menjadi tabiatnya dari kecintaan kepada dunia itu, terhijab (terdinding). Dan apa yang disebutkan oleh para pembahas, dengan modal akal pikiran mereka itu kacau dan bertentangan. Dan hati, untuk apa yang disampaikan kepadanya pada permulaan kejadian itu merasa jinak. Dan dengannya itu tersangkut. Dan ta'assub (kefanatikan) yang berkobar di antora manusia itu merupakan paku-paku yang teguh bagi kepercayaan-kepercayaan yang diwarisi. Atau yang diambil dengan baik sangka, dari para guru pada permulaan keadaannya. Kemudian, tabiat manusia itu tersangkut dengan kecintaan kepada dunia. Kepada dunia, tabiat itu menghadap. Dan nafsu keinginan dunia itu mencekek lehernya. Dan berpaling dari kesempurnaan berpikir. Maka apabila' pintu pembicaraan mengenai Allah dan sifat-sifatNYA, dengan pendapat dan akal itu dibuka, serta berlebih-kurangnya manusia tentang kecerdasan, berbedanya mereka pada tabiat dan lobanya setiap orang bodoh pada mendakwakan kesempurnaan atau mengetahui akan hakikat kebenaran, niscaya terlepaslah lidah mereka, dengan apa yang terjadi, bagi setiap orang dari mereka. Dan menyangkutlah yang demikian dengan hati orang-orang yang memperhatikan kepada mereka. Dan teguhlah yang demikian, dengan lamanya kejinakan hati pada mereka. Lalu tersumbatlah secara keselurohan, jalan kelepasan kepada mereka. Maka adalah keselamatan makhluk itu, dengan menyibukkan mereka dengan amal shalih (perbuatan yang baik). Dan tidak membawa mereka, kepada apa yang di luar dari batas kesanggupan mereta.



Akan tetapi, sekarang telah menurunlah tali kekang dan telah berkembanglah kesia-siaan. Setiap orang bodoh menempatkan diri yang bersesuaian dengan pembawaannya, dengan sangkaan dan terkaan. Dia berkeyakinan, bahwa yang demikian itu ilmu dan yang meyakinkan. Dan itu iman yang murni. Ia menyangka. bahwa apa yang terjadi pada dirinya, terkaan dan uret-uretan itu ilmul-yaqin dan 'ainuf-yaqin. Dan akan anda ketahui beritanya sesudah seketika. Dan sayogialah dinyanyikan mengenai mereka itu, ketika tersingkapnya tutup:



Engkau baikkan sangkaan.



dengan hari-hari, karena ia berbuat baik.



Dan engkau tidak takut akan keburukan,



apa yang didatangkan oleh taqdir.



Engkau diselamatkan oleh malam-malam,







lalu engkau tertipu dengan demikian.







Dan ketika jernihnya malam-malam,



datanglah kekerohan ……. .



Ketahuilah dengan keyakinan, bahwa setiap orang yang memperbedakan iman yang penuh sangkaan dengan Allah. RasulNYA dan kitab-kitabNYA dan terjun dalam pembahasan, maka sesungguhnya ia menempuh bahaya ini. Contohnya adalah seperti orang yang pecah kapalnya dan dia dalam pukulan ombak. Ia dilemparkan oleh ombak ke ombak. Kadang-kadang berbetulan, ia dilemparkan ke pantai. Dan yang demikian itu jauh dari ke-jadian. Dan yang banyak terjadi, dia itu binasa.



Setiap orang yang turun kepada suatu' aqidah, yang diperolehnya dari para pembahas, dengan modal akan pikiran mereka, adakalanya bersama dalil-daliI, yang diuraikannya dalam kefanatikan. Atau tanpa dalil-dalil. Maka jikalau dia itu ragu padanya niscaya dia itu perusak Agama. Dan jikalau ia percaya dengan yang demikian, maka dia itu merasa aman dari rencana Allah. Tertipu dengan akalnya yang kurang. Dan setiap orang yang terjun dalam pembahasan. maka ia tidak terlepas dari dua hal ini. Kecuali. apabila ia melampaui batas-batas yang diterima akal pikiran kepada nur mukasyafah yang menjadi tempat terbitnya matahari pada alam ke-walian dan ke-nabi-an. Dan yang demikian itu adalah belerang merah (Maksudnya: sukar diperoleh. sebabnya belerang itu pada umumnya kuning warnanya. Seperti dalam bahasa kita: gagak putih atau kuda bertanduk. ). Dan di manakah mudah diperoleh? Dan yang selamat daripada bahaya ini ialah: orang dungu dari orang awam. Atau mereka yang disibukkan oleh takutnya kepada neraka, dengan mentha'ati Allah. Maka mereka tidak terjun pada perbuatan yang tidak penting ini.



Maka inilah salah satu sebab yang membahayakan pada su-ul-khatilmah. Adapun sebab kedua. yaitu: kelemahan iman pada pokok. Kemudian, ke-cintaan kepada dunia menguasai hati. Dan manakala lemahlah iman, niscaya lemahlah kecintaan kepada Allah Ta'ala dan kuatlah kecintaan kepada dunia. Lalu jadilah, tidak ada lagi tempat dalam hati untuk mencintai Allah Ta’ala. Selain dari segi: kata hati. Dan tak lahir baginya bekas pada menyalahi hawa-nafsu dan berpaling dari jalan setan. Maka yang demikian itu mewarisi kebinasaan pada mengikuti nafsu-syahwat. Sehingga gelaplah hati kesat dan hitam. Dan bertindis-Iapis kegelapan hawa nafsu ke atas hati. Maka senantiasalah padam nur iman yang ada padanya, di atas kelemahannya itu. Sehingga jadilah yang demikian itu tabiat dan karat. Maka apabila datang sakaratul-maut, niscaya bertambahlah kecintaan itu. Ya'ni: kecintaan kepada Allah itu bertambah lemah, karena apa yang tampak dari perasaan berpisah dengan dunia. Dan dunia itu kecintaan yang merigerasi atas hati. Lalu hati itu merasa pedih dengan perasaan perpisahan dengan dunia. Dan ia melihat yang demikian dari Allah. Maka tergeraklah batinya dengan mengingkari apa yang ditakdirkan kepadanya, dari kematian. Dan tiada menyukai yang demikian, dari segi, bahwa dia itu dari Allah. Maka ditakuti akan berkobar dalam batinnya akan kemarahan kepada Allah, ganti dari kecintaannya. Sebagaimana orang yang mencintai anaknya, dengan kecintaan yang lemah. Apabila anaknya itu mengambil hartanya, yang lebih dikasihinya dari anaknya dan dirusakkannya, niscaya berbaliklah kecintaan yang lemah itu kepada kemarahan. Maka jikalau berbetulan keluar nyawanya pada detik itu, yang terguris padanya gurisan ini, niscaya berkesudahanlah baginya dengan keburukan (su-ul-khatimah). Dan binasalah ia untuk selama-Iamanya.



Dan sebab yang membawa kepada kesudahan yang seperti ini, ialah: kerasnya kecintaan kepada dunia, kecenderungan kepadanya dan gembira dengan sebab-sebabnya. Serta kelemahan iman, yang memastikan kelemahan kecintaan kepada Allah Ta'ala. Maka siapa yang memperoleh dalam batinya kecintaan kepada Allah, yang lebih keras dari kecintaan kepada dunia, walaupun ada juga kecintaannya kepada dunia, maka dia itu lebih jauh dari bahaya tersebut. Kecintaan kepada dunia itu kepala (pokok) setiap kesalahan. Dan itu penyakit yang melumpuhkan. Dan telah meratai kepada segala jenis manusia. Dan yang demikian itu semuanya, karena sedikitnya ma'rifah kepada Allah Ta'ala. Karena tiada yang mencintai akan Allah. selain orang yang mengenaliNYA.



Dan karena inilah Allah Ta'ala berfirman:



Artinya: "Katakan: Kalau bapa-bapamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, perempuan-perempuanmu. kaum keluargamu, kekayaan yang kamu peroleh, perniagaan yang kamu kuatiri menanggung rugi dan tempat tinggi yang kamu sukai; kalau semua itu lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjuang di jalan Allah, tunggulah sampai Allah mendatangkan perintahNYA. S.At-Taubah. ayat 24.



Jadi, maka setiap orang yang berpisah nyawanya, pada keadaan detik keingkaran batinya kepada Allah Ta'ala dan lahir kemarahan kepada perbuatan Allah dengan batinya, pada terpisahnya di antara dia dan isterinya, hartanya dan lan-lain yang dikasihinya, niscaya adalah kematiannya itu merupakan kedatangan kepada yang dimarahi oleh Allah Ta'ala dan berpisah dengan apa yang dikasihinya. Maka ia datang kepada Allah sebagai datangnya hamba yang dimarahi yang lari dari tuannya apabila ia datang kepada tuannya itu karena terpaksa. Maka tidak tersembunyi lagi apa yang berhak diterimanya dari kehinaan dan hukuman.



Adapun orang yang mati di atas kecintaan kepada Allah, maka orang itu kepada Allah Ta'ala, sebagai datangnya hamba yang berbuat baik, rindu kepada tuannya, yang menanggung kesulitan-kesulitan perbuatan dan kesukaran-kesukaran perjalanan, karena mengharap bertemu dengan tuannya. Maka tidaklah tersembunyi, apa yang dijumpainya dari kesenangan dan kegembiraan, dengan semata-mata bertemu itu. Lebih-Iebih dengan apa yang berhak diterimanya, dari kelemah-Iembutan pemuliaan dan kecemerlangan penikmatan.



Adapun kesudahan kedua (al-khatimah ats-tsaniyah), yang kurang dari yang pertama itu dan tidak menghendaki kepada kekekalan dalam neraka, maka ia mempunyai juga dua sebab. Yang pertama, banyak perbuatan maksiat, walau imannya kuat. Dan yang satu lagi (yang kedua). lemahnya iman, walau pun sedikit perbuatan maksiat.



Yang demikian itu, karena berbuat perbuatan maksiat itu. sebabnya ialah: kerasnya nafsu-syahwat dan melekatnya di hati disebabkan banyaknya ke-jinakan hati dan kebiasaan atas yang demikian. Dan semua yang suka hati manusia kepadanya, dalam umurnya, akan kembali ingatannya kepada batinya ketika ia mati. Kalau kecenderungannya itu lebih banyak kepada perbuatan tha'at, niscaya adalah kebanyakan yang hadir kepada batinya, ingatan tha 'at kepada Allah Ta 'ala. Dan kalau kecenderungannya Iebih banyak kepada perbuatan maksiat, niscaya banyaklah ingatan kepada perbuatan maksiat itu pada batinya, ketika mati. Maka kadang-kadang diambil nyawanya ketika kerasnya nafsu keinginan kepada dunia dan kepada perbuatan maksiat. Lalu terikat batinya kepada yang demikian.



Dan ia menjadi terhijab (terdinding) dari Allah Ta’ala. Maka orang yang tiada mengerjakan dosa, selain sekelumit. Sesudah sekelimit, niscaya ia lehih jauh dari bahaya itu. Dan orang yang tiada sekali-kali mengerjakan dosa, maka dia itu jauh sekali dari bahaya itu. Dan orang yang banyak perbuatan maksiatnya dan lebih banyak dari perbuatan tha'atnya dan batinya lebih senang dengan perbuatan maksiat itu dari perbuatan tha'at, maka bahaya itu besar sekali terhadap dirinya.



Akan kami perkenalkan ini dengan suatu contoh. Yaitu: sesungguhnya tiada tersembunyi kepada anda, bahwa manusia itu bermimpi sewaktu tidur, sejumlah hal-keadaan yang diketahuinya sepanjang umurnya. Sehingga dia itu bermimpi, sesuai dengan yang dilihatnya sewaktu ia jaga.



Dan sehingga anak yang mendekati dewasa (al-murahiq) yang bermimpi dengan keluar maninya (al-ihtilam), niscaya tidak akan memimpikan bentuk bersetubuh, apabila ia belum pernah bersetubuh dalam jaganya. Dan kalau tetap ia dalam beberapa waktu, seperti yang demikian, niscaya ia tiada akan melihat dalam mimpinya akan bentuk bersetubuh. Kemudian, tiada tersembunyi lagi, bahwa orang yang menghabiskan umurnya mempelajari ilmu fikih, niscaya akan bermimpi hal ihwal yang menyangkut dengan ilmu dan ulama, lebih banyak daripada yang dimimpikan oleh seseorang saudagar, yang menghabiskan umurnya dalam perniagaan. Dan seorang saudagar yang bermimpi tentang hal-ihwal yang menyangkut dengan perniagaan dan sebab-sebabnya itu lebih banyak dari yang dimimpikan oleh seorang dokter dan seorang ahli fikih (al-faqih). Karena, timbul dalam keadaan tidur itu, apa yang telah dihasilkannya, bersesuaian dengan hati, dengan lamanya kejinakan hati atau dengan salah satu sebab-sebab lain.



Mati itu menyerupai tidur. Akan tetapi, diatas dari tidur. Akan tetapi, sakratul-maut dan yang mendahuluinya dari kepingsanan itu mendekati tidur. Maka yang demikian itu, menghendaki teringatnya yang dibiasakan oleh hati. Dan kembalinya kepada hati. Dan salah satu sebab yang menguatkan berhasilnya ingatan itu dalam hati, ialah: lamanya kejinakan hati dahulu kepadanya. Maka lamanya kejinakan hati dengan perbuatan-perbuatan maksiat dan perbuatan-perbuatan tha'at juga, menguatkan yang demikian. Dan yang demikian itu berlainan pula antara tidumya orang-orang shalih dan orang-orang fasik. Maka adalah kerasnya kejinakan hati itu menjadi sebab untuk tergambamya bentuk yang keji dalam batinya, dan cenderung jiwanya kepadanya. Lalu kadang-kadang nyawanya diambil di atas yang demikian. Maka adalah yang demikian itu menjadi sebab ,buruk kesudahannya (su-ul-khatimah). Walau pun pokok iman masih ada, menurut yang diharapkan ke-ikhlas-annya pada yang demikian. Maka adalah yang demikian itu menjadi sebqab buruk kesudahannya(su-ul-khatimah). Walaupun pokok iman masih ada, menurut yang diharapkan keikhlasannya pada yang demikian.



Sebagaimana apa yang terguris di batinya waktu jaga, sesungguhnya itu terguris dengan sebab khas (yang khusus), yang diketahui oleh Allah Ta’ala. Maka seperti demikian juga, bagi masing-masing tidur itu mempunyai sebab-sebab pada sisi Allah Ta'ala. Sebabagiannya kita ketahui dan 'sebabagiannya tidak kita ketahui. Sebagaimana kita ketahui, bahwa yang terguris di hati itu berpindah dari sesuatu, kepada yang bersesuaian dengan dia.



Adakalanya, disebabkan keserupaan. Adakalanya, disebab berlawanan. Dan adakalanya, disebabkan keberbandingan. Dengan adanya telah datang kepada pancaindra dari yang demikian .



Adapun disebabkan keserupaan, maka dengan sebab memandang kepada yang cantik, lalu teringat kepada yang cantik, yang lain.















Ipun disebabkan keberlawanan, maka dengan melihat kepada yang buruk lalu teringat kepada yang buruk. Dan memperhatikan tentang sangat berlebih-kurangnya diantara keduanya itu.



Adapun disebabkan keberbandingan, maka dengan melihat kepada seekor kuda yang telah dilihatnya sebelumnya, serta seorang insan. Maka ia teringat akan insan itu.



Kadang-kadang yang terguris di hati itu berpindah dari sesuatu kepada sesuatu yang lain. Dan ia tidak tahu segi kesesuaiannya. Dan adalah yang demikian itu, dengan suatu perantaraan dan dua perantaraan. Seperti ia berpindah dari sesuatu yang pertama, kepada sesuatu yang kedua. Dan daripadanya kepada sesuatu yang ketiga.



Kemudian, ia lupa kepada yang kedua. Dan tak ada kesesuaian antara yang ketiga dan yang pertama. Akan tetapi ada kesesuaian antara yang ketiga dan yang kedua. Dan antara yang kedua dan yang pertama. Maka seperti demikian juga, bagi perpindahan gurisan-gurisan hati dalam tidur itu mempunyai sebab-sebab, dari jenis ini. Dan seperti yang demikian juga, ketika sakaratul-maut.



Maka di atas dasar ini dan ilmu itu pada Allah bahwa orang, yang pekerjaan menjahit adalah terbanyak kesibukannya, maka anda akan melihat, bahwa orang itu menunjukkan kepada kepalanya, seakan-akan ia mengambil jarum penjahit, untuk dia menjahit dengan jarum penjahit itu. Dan ia membasahkan anak jarinya, yang menjadi kebiasaan baginya, dengan sarung jari. Ia mengambil kain sarung dari atasnya. Diukur dan dijengkalinya. Seakan-akan ia akan berbuat menceraikan kain sarung itu. Kemudian, ia memanjangkan tangannya kepada gunting.



Siapa yang menghendaki untuk mencegah gurisan batinya kepada berpindah pada perbuatan maksiat dan nafsu-syahwat, maka tiada jalan baginya, selain ber-mujahadah sepanjar umur, untuk memisahkan dirinya dari yang demjkian. Dan pada mencegah nafsu-syahwatnya dari hati. Maka ini adalah kadar yang masuk di bawah ikhtiar (usaha). Dan selalu rajin kepada kebajikan dan melepaskan diri dari kejahatan adalah alat dan simpanan untuk ketika sakaratul-maut. Sesungguhnya manusia itu akan mati, di atas apa yang ia hidup. Dan akan dibangkitkan di atas apa yang ia mati. Karena itulah, dinukilkan dari keadaan seorang tukang jual buah-buahan, bahwa dia diajarkan (di-talqin-kan) ketika akan mati, dua kalimah syahadah. Lalu tukang jual buah-buahan itu menjawab: lima, enam, empat. Adalah jiwanya sibuk dengan hitungan yang selalu dikerjakannya sebelum mati.



Sebabagian kaum berilmu ma'rifah (orang-orang 'arifin) dari ulama-ulama terdahulu. mengatakan: '''Arasy itu suatu permata yang nurnya gilang-gemilang. Maka tiadalah hamba itu di atas suatu keadaan, melainkan tercaplah sepertinya pada 'Arasy, di atas bentuk yang ada padanya. Maka apabila hamba itu pada sakaratul-maut, niscaya terbukalah bentuknya dari 'Arasy. Kadang-kadang ia melihat dirinya diatas bentuk maksiat. Dan seperti itu juga, terbuka baginya pada hari kiamat. Lalu ia melihat keadaan dirinya. Maka ia mengambil dari malu dan takut, akan sifat yang mulia. Dan apa yang disebutkan oleh orang arifin tadi itu benar!



















Dan sebabnya mimpi yang benar itu mendekati yang demikian. Sesungguhnya orang yang tidur itu mengetahui apa yang akan ada, pada masa mendatang, dari membaca Luh-Mahfudh. Dan itu adalah sebabagian dari nubuwwah (kenabian).



Jadi, su-ul-khatimah itu kembali kepada hal-keadaan hati dan masuknya gurisan-gurisan hati. Dan yang membalik-balikkan hati, ialah: ALLAH. Dan kebetulan-kebetulan yang menghendaki kepada buruknya gurisan-gurisan hati itu tidak masuk di bawah usaha, secara keselurohan. Walau pun ada pembekasan karena lamanya kejinakan hati padanya.



Maka dengan ini, sangatlah takutnya orang-orang arifin kepada su-ul"'atimah. Karena jikalau manusia mengingini, bahwa tidak melihat dalam aUmpinya, selain hal-ihwal orang-orang shalih dan hal-ihwal tha'at dan ibadat, niscaya sukarlah yang demikian kepadanya. Walaupun banyaknya ke-shalih-an dan rajin pada ke-shalih-an itu, termasuk yang membekas padanya. Akan tetapi, kegoncangan-kegoncangan khayalan itu, secanl keselurohan, tidak masuk di bawah kendalian. Walaupun hiasanya ada kesesuaian, apa yang tampak dalam tidur itu, dengan apa yang hiasanya dalarn jaga.



Sehingga aku mendengar Syaikh Ahu Ali AI-Fllrimadzi r.a. menyifatkan (menerangkan) kepadaku. wajibnya kebagusan adab seorang murid bagi gurunya (syaikhnya). Dan bahwa tidak ada dalam batinya, penentangan bagi setiap apa yang dikatakan oleh syaikhnya. Dan tidak ada pada lidahnya pertengkaran dengan gurunya. Syaikh Ahu Ali hcrkata: "Aku ceriterakan kepada guruku Abil-Qasim AI-Kirmani akan mimpiku. Aku mengatakan: "Aku bermimpi. bahwa tuan guru mengatakan kepadaku demikian Lalu aku bertanya, mengapa yang demikian itu ?' ..



Syaikh Abu Ali meneruskan ceriteranya: "Lalu guruku Abil-Qasim AI-Kirmani memboikot aku sebulan. Beliau tidak berbicara dengan aku. Dan mengatakan: "Jikalau tidaklah dalam batin engkau, pembolehan penuntutan dan penentangan terhadap apa yang aku katakan kepada engkau, niscaya tidaklah berlaku yang demikian atas Iidah engkau dalam tidur". Dan benarlah apa yang dikatakan oleh Syaikh Abil-Qasim AI-Kirmani itu. Karena sedikitlah dimimpikan oleh manusia dalam tidurnya, akan kebaikan dari apa yang biasa waktu jaga pada batinya.



Inilah sekadar yang kami perbolehkan menyebutkannya pada Ilmu Mu’amalah, dari rahasia-rahasia persoalan al-khatimah. Dan dibalik yang demikian itu masuk dalam llmu Mukasyafah.



Dan telah terang bagi anda dengan ini, bahwa merasa aman dari su-ulkhatimah, ialah: dengan anda melihat segala sesuatu itu, menurut yang sebenarnya, tanpa kebodohan. Dan anda halau serba umur dalam ketha’atan kepada Allah, tanpa ada kemaksiatan. Maka jikalau anda tahu, bahwa yang demikian itu mustahil atau sukar, niscaya tidak boleh tidak, bahwa keraslah di atas anda ketakutan akan apa yang telah keras atas orang 'arifin. Sehingga dengan sebabnya itu, lamalah tangisan anda pekikan anda. Dan terus-meneruslah dengan yang demikian itu, kegundahan anda dan kekacauan pikiran anda. Sebagaimana akan kami ceritakan dari hal-ihwal nabi-nabi dan orang-orang salaf yang shalih. Supaya adalah yang demikian itu salah satu sebab yang mengobarkan api ,ketakutan dari hati anda.



Sesungguhnya anda mengetahui dengan ini, bahwa amal-perbuatan selama umur selurohnya itu lenyap, jikalau tidak selamat pada nafas yang akhir. Waktu keluarnya nyawa. Dan selamatnya itu serta bergoncangnya Ig kegurisan-kegurisan di hati itu sukar sekali. Dan karena itulah, Mathraf bin Abdullah mengatakan: "Sesungguhnya aku tidak heran akan orang yang binasa, bagaimana ia binasa. Akan tetapi, aku heran akan orang yang terlepas dari kebinasaan, bagaimana maka ia terlepas".



Dan karena itulah, Hamid AI-Laffaf berkata: "Apabila naiklah para malaikat dengan membawa roh hamba yang mukmin, yang sudah mati di atas kebajikan dan agama Islam, niscaya heranlah para malaikat dari yang demikian. Dan mereka mengatakan: "Bagaimana terlepasnya si Ini dari dunia, yang telah rusak padanya orang-orang pilihan kita?".



Ats-Tsuri pada suatu hari menangis. Lalu ditanyakan kepadanya: "Atas dasar apa anda menangis?".



Beliau menjawab: "Kami menangis di atas dosa-dosa pada suatu ketika. Maka sekarang, kami menangis di atas Islam".



Kesimpulannya, bahwa orang yang jatuh kapalnya dalam lautan yang dalam dan diserang oleh angin ribut dan dipukul oleh ombak, niscaya kelepasan pada orang ini, adalah lebih jauh, dibandingkan dengan kebinasaan. Dan hati orang mukmin itu, lebih berat pukulannya, dibandingkan dengan kapal. Dan ombak kegurisan-kegurisan dihati itu, lebih besar tamparannya, dari ombak lautan. Dan sesungguhnya yang menakutkan ketika mati itu, ialah kekuatiran su-ul-khatimah saja. Dan itulah yang di-sabdakan Nabi s.a.w.:



Artinya: "Sesungguhnya orang yang beramal dengan amalan penduduk syurga selama limapuluh tahun. Sehingga tidak ada lagi, di antaranya dan syurga, selain masa perhentian di antara dua kali memerah susu unta. Maka berkesudahan bagi orang itu, dengan apa yang telah terdahulu baginya suratan amal".



Masa di antara dua kali memerah susu unta itu, tidak termuat untuk amalan yang mengharuskan ke-tidak-beruntungan. Akan tetapi, itu adalah gurisan-gurisan hati yang kacau-balau. Dan terguris sebagai gurisan kilat yang menyambar,



Sahl berkata: "Aku bermimpi, seakan-akan aku dimasukkan kedalam syurga. Lalu aku melihat tigaratus orang nabi. Maka aku bertanya kepada mereka: "Apakah yang lebih kamu takuti. dari apa-apa yang kamu takuti di dunia?". Para nabi itu menjawab: "Su-ul-khatimah!",



Oleh karena bahaya yang besar ini. maka mati syahid itu digemari orang. Dan mati secara tiba-tiba itu tidak disukai. Adapun mati secara tiba-tiba, maka karena mati itu kadang-kadang berkebetulan ketika kerasnya gurisan jahat dan menguasainya pada hati. Dan hati itu terlepas dari hal-hal yang seperti itu. kecuali ditolak dengan kebencian atau dengan nur-ma'rifah. Adapun mati syahid, maka karena mati syahid itu adalah ibarat dari pengambilan nyawa, dalam keadaan yang tak ada lagi dalam hati, selain kecintaan kepada Allah Ta'ala. Dan telah keluar dari hati kecintaan kepada dunia, isteri, harta, anak dan semua nafsu-syahwat. Karena ia tidak menyerbu ke barisan perang, yang menempatkan dirinya pada kematian, selain karena cinta kepada Allah, mencari ke redha-anNYA, menjual dunianya dengan akhiratnya dan redha dengan penjualan yang diperjual belikan oleh Allah Ta'ala dengan dia.



Karena Allah Ta'ala berfirman:



Attinya: "Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta orang-orang yang beriman, dengan memberikan syurga untuk mereka". S.AI-Taubah. ayat 111.











Penjual itu-sudah pasti- tidak ingin lagi kepada barang yang dijualnya. Telah keluar kecintaannya dari hatinya. Dan semata-mata kecintaan itu sekarang tertuju dalam hatinya kepada harga yang dimaksud.



Keadaan yang seperti ini, kadang-kadang mengerasi pada hati dalam sebabagian hal-ihwal yang lain. Akan tetapi, tiada berbetulan keluar nyawanya pada hal keadaan itu. Maka barisan perang itu sebab bagi keluarnya nyawa, di atas hal-keadaan yang tersebut.



Ini adalah terhadap orang yang tiada bermaksud untuk menang harta rampasan dan bagus suara orang tentang keberaniannya (Hadits yang menerangkan, bahwa orang yang terbunuh dengan maksud tersebut, tidak meperoleh darjat syahid. Dirawikan AL-Bukhari dan Muslim). Maka orang yang ini keadaannya, jikalau ia terbunuh dalam peperangan, niscaya dia itu jauh dari derajat yang seperti ini. sebagaimana telah dibuktikan oleh hadits-hadits.



Ketika telah terang bagi anda. makna su-ul-khatimah dan apa yang menakutkan padanya, maka berbuatlah dengan menyiapkan diri untuknya. Maka rajin berdzikir (mengingati) akan Allah Ta'ala! Keluarkanlah dari hati akan kecintaan kepada dunia! Jagalah anggota tubuh anda dari perbuatan maksiat dan hati anda daripada berpikir padanya! Dan peliharalah kesungguhan anda daripada menyaksikan perbuatan-perbuatan maksiat dan menyaksikan orang-orangnya! Sesungguhnya yang demikian membekas pada hati anda. Dan memalingkan kepadanya pikiran anda dan gurisan-gurisan hati anda.



Awaslah bahwa anda menyerahkan hal itu kepada masa nanti dan mengatakan: "Aku akan menyiapkan untuk itu, apabila telah datang al-khatimah (kesudahan)". Sesungguhnya setiap nafas engkau itu kesudahan engkau. Karena mungkin padanya akan disambar nyawa engkau. Maka intiplah akan hati engkau pada setiap detik! Awaslah bahwa engkau meIengahkannya, akan sedetik pun! Mungkin detik itu kesudahan engkau. Karena mungkin akan disambar nyawa engkau padanya.



Ini adalah selama engkau dalam jaga. Adapun apabila engkau tidur, maka awaslah bahwa engkau tidur itu, selain di at as kesucian zahir dan batin. Dan jagalah, bahwa tidur itu mengerasi akan engkau, selain sesudah banyaklah dzikir kepada Allah pada hati engkau.



Aku tidak mengatakan pada lidah engkau. Sesungguhnya gerakan Iidah semata-mataitu lemah kesannya (membekasnya). Dan ketahuilah dengan yakin, bahwa tiada yang mengerasi atas hati engkau ketika tidur, selain apa yang biasanya ada sebelum tidur. Sesungguhnya, tiada yang mengerasi pada tidur, selain apa yang biasanya telah mengerasi sebelum tidur. Dan tidak membangkit dari tidur engkau, selain apa yang mengerasi atas hati engkau pada tidur engkau. Kematian dan kebangkitan itu menyerupai tidur dan jaga. Maka sebagaimana hamba itu tidak tidur, selain di atas apa yang telah mengerasinya pada jaganya dan ia tidak jaga (bangun dari tidur), selain di atas apa, ia berada dalam tidurnya, maka seperti demikianlah, manusia itu tidak akan mati, selain di atas apa yang ia hidup padanya. Dan ia tidak akan dibangkitkan, selain di atas apa, yang ia mati padanya.



Yakinilah dengan tegas dan yakin, bahwa kematian dan kebangkitan itu dua keadaan dari hal-hal keadaan engkau. Sebagaimana tidur dan jaga itu dua keadaan dari hal-hal keadaan engkau. Dan percayalah dengan ini. dengan pembenaran dengan i'tikad hati, jikalau engkau tidak ahli untuk menyaksikan yang demikian, dengan 'ainul-yaqin dan nur penglihatan hati!







Intiplah nafas engkau dan detik-detik engkau! Dan jagalah diri engkau. daripada melupakan kepada Allah sekejap mata pun! Maka sesungguhnya, apabila engkau berbuat setiap yang demikian itu, niscaya engkau berada dalam bahaya besar. Maka bagaimana apabila engkau tidak berbuat? Manusia itu semua dalam kebinasaan, selain orang-orang yang berilmu. Dan orang-orang yang berilmu itu semua dalam kebinasaan. selain orang-orang yang beramal. Dan orang-orang yang beramal itu semua dalam kebinasaan. selain orang-orang yang ikhlas. Dan orang-orang yang ikhlas itu dalam bahaya besar.



Ketahuilah, bahwa yang demikian itu tidak mudah atas engkau. selama engkau tidak merasa cukup dari dunia. sekadar yang penting bagi engkau. Dan yang penting bagi engkau itu, ialah: makanan. pakaian dan tempat tinggal. Dan yang lain dari itu semua adalah hal kelebihan (tidak perlu).



Dan yang penting dari makanan, ialah: yang dapat menegakkan tulang pinggang engkau dan menyumbat nyawa engkau dari keluar. Maka sayogialah bahwa pengambilan engkau itu, sebagai pengambilan orang yang sangat memerlukan, yang tidak begitu suka kepadanya. Dan tidak ada keinginan engkau kepadanya,lebih banyak dari keinginan engkau pada membuang air besar engkau (ber-qadha-hajat). Karena, tiada berbeda, antara memasukkan makanan dalam perut dan mengeluarkannya dari perut. Keduanya itu penting pada tabiat kejadian manusia. Dan sebagaimana tidaklah membuang air besar itu termasuk cita-cita engkau yang menyibukkan hati engkau, maka tiada sayogialah bahwa mengambil makanan itu termasuk dari cita-cita engkau. Dan ketahuilah, bahwa jikalau ada cita-cita engkau itu apa yang masuk kedalam perut engkau, maka nilai engkau itu apa yang keluar dari perut engkau.



Apabila tidak ada maksud engkau dari makanan, selain taqwa kepada ibadah kepada Allah Ta'ala, seperti maksud engkau dari membuang air besar engkau, maka tanda yang demikian itu tampak pada tiga hal dari makanan engkau, yaitu: pada waktunya, kadarnya dan jenisnya.



Adapun waktu, maka sekurang-kurangnya bahwa dicukupkan pada sehari semalam, dengan satu kali. Maka dibiasakan berpuasa.



Adapun kadarnya, maka bahwa tidak lebih dari sepertiga perut.



Adapun jenisnya, maka tidak dicari makanan yang enak. Akan tetapi, dicukupkan dengan apa yang kebetulan ada.



Jikalau engkau sanggup di atas tiga keadaan ini dan gugur dari engkau perbelanjaan nafsu keinginan yang enak-enak, niscaya sangguplah engkau sesudah itu, pada meninggalkan harta yang diragukan halalnya (harta syubhat). Dan memungkinkan engkau, bahwa engkau tidak makan, selain dari yang halal. Sesungguhnya yang halal itu sukar dan tidak menyempurnakan semua keinginan nafsu. Adapun pakaian engkau, maka adalah maksud engkau dari padanya, ialah: menolak panas dan dingin dan menutupi aurat.







Maka setiap apa yang menolak kedinginan dari kepala engkau, walau pun dengan peci, yang harganya seperenam dirham, maka engkau mencari yang lain dari itu, merupakan hal yang berkelebihan dari engkau, yang menyia-nyiakan masa engkau.







Dan mengharuskan engkau bekerja terus-terusan dan kepayahan pada menghasilkannya. Sekali dengan usaha dan pada kali yang lain dengan harap, dari yang haram dan harta syubhat.



Kiaskanlah dengan ini, akan apa yang dapat engkau tolakkan panas dan dingin dari badan engkau! Maka setiap apa yang dapat menghasilkan maksud pakaian, apabila engkau tidak merasa cukup dengan yang demikian, lantaran buruk mutu dan jenisnya, niscaya tidak adalah bagi engkau tempat berdiri dan kembali sesudahnya. Akan tetapi, adalah engkau itu orang yang perutnya dipenuhi oleh tanah, demikian pula tempat tinggal. Jikalau engkau merasa cukup dengan maksud dari tempat tinggal itu, niscaya mencukupilah bagi engkau langit itu menjadi atap. Dan bumi itu tempat ketetapan. Jikalau engkau dikerasi oleh panas atau dingin, maka haruslah engkau tinggal di masjid. Jikalau engkau mencari tempat yang khusus, niscaya panjanglah waktu atas engkau. Dan teralihlah kepadanya kebanyakan umur engkau. Dan umur engkau itu adalah harta kekayaan engkau. Kemudian, jikalau mudah bagi engkau, lalu engkau maksudkan dari dinding itu, selain dari untuk mendindingi di antara engkau dan mata orang. Dan dari atap, selain dari untuk menolak hujan. Lalu engkau meninggikan dinding dan menghiaskan atap-atap. Maka engkau terjatuh dalam jurang, yang menjauhkan kemungkinan engkau dapat mendaki daripadanya.



Begitulah semua kepentingan urusan engkau, jikalau engkau singkatkan seperlunya saja, niscaya engkau dapat mengisikan semua waktu untuk Allah. Dan engkau sanggup menyediakan perbekalan bagi akhirat engkau dan bersiap untuk kesudahan engkau. Dan jikalau engkau lampaui batas yang penting, kepada lembah angan-angan, niscaya kenyanglah angan-angan engkau.



Dan Allah tidak memperdulikan pada lembah yang mana, yang membinasakan engkau. Maka terimalah nasehat ini, dari orang yang sangat memerlukan nasehat dari engkau!



Ketahuilah, bahwa lapangan mengatur, mencari perbekalan dan menjaga diri, adalah umur yang singkat ini. Kalau engkau dorong umur ini dari hari ke hari, tentang menyerahkan kepada masa depan atau engkau lengah, niscaya engkau disambar dengan tiba-tiba pada bukan waktu kehendak engkau. Dan tidak berpisah dari engkau, kerugian dan penyesalan engkau. Jikalau engkau tidak sanggup bergantung kepada apa, yang telah aku berikan petunjuk, disebabkan lemahnya takut engkau, karena tidak ada pada urusan kesudahan (al-khatimah) yang telah aku terangkan itu, mencukupi pada menakutkan engkau, maka akan kami bentangkan kepada engkau hal-ihwal orang-orang yang takut, yang kami harap, dapat menghilangkan sebabagian kekesatan hati engkau. Maka sesungguhnya engkau yakini, bahwa akal pikiran nabi-nabi, wali-wali, ulama-ulama, amal mereka dan kedudukan mereka, pada sisi Allah Ta'ala itu, tidaklah kurang dari akal pikiran engkau, amal engkau dan kedudukan engkau. Maka perhatikanlah, serta kaburnya mata penglihatan engkau dan rusaknya mata hati engkau, tentang hal-keadaan mereka! Mengapa bersangatan kepada mereka itu ketakutan? Dan berkepanjangan pada mereka itu kegundahan dan tangisan? Sehingga ada sebabagian mereka itu mati pingsan. Sebabagian mereka itu merasa dahsyat. Sebabagian jatuh dalam keadaan tidak menyadarkan diri. Dan sebabagiannya jatuh tersungkur ke bumi dan meninggal. Dan tidak ragu lagi, jikalau ada yang demikian itu tidak membekas pada hati engkau. Sesungguhnya hati orang-orang yang lalai itu seperti batu atau lebih kesat lagi. Dan sebabagian dari batu itu sesungguhnya tatkala memancar dari padanya sungai-sungai. Dan sebabagian daripadanya tatkala pecah retak, lalu keluar daripadanya air. Dan sebabagian daripadanya, tatkala ia turun dari ketakutan kepada Allah. Dan tidaklah Allah itu lalai dari apa yang kamu kerjakan

LikeUnlike · Comment · Share · Delete

MANUSIA TERAKHIR KELUAR DARI NERAKA DAN MASUK KE SURGA

MANUSIA TERAKHIR KELUAR DARI NERAKA DAN MASUK KE SURGA
by Hendro Kusworo on Tuesday, November 2, 2010 at 5:52am

MANUSIA TERAKHIR KELUAR DARI NERAKA DAN MASUK KE SURGA

Rasulullah SAW bersabda, “Aku benar-benar mengetahui seorang penduduk neraka yang paling akhir keluar darinya dan penduduk surga yang paling akhir masuk ke dalam surga. Yaitu seorang laki-laki yang keluar dari neraka dengan keadaan merangkak, lalu Allah berkata kepadanya, “Pergilah! Masuklah ke dalam surga”.

Nabi SAW bersabda, “Lalu dia mendatangi surga, namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Maka dia kembali lalu berkata, “Wahai Rabb-ku. Aku mendapati surga telah penuh”. Allah SWT berkata kepadanya, “Pergilah, masuklah ke dalam surga!”



Nabi SAW bersabda, “Lalu dia mendatangi surga lagi, namun kembali dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Maka dia kembali lalu berkata, “Wahai Rabb-ku. Aku mendapati surga telah penuh”. Allah SWT berkata kepadanya, “Pergilah, masuklah ke dalam surga! Sesungguhnya engkau memiliki semisal dunia dan sepuluh kalinya, atau engkau memiliki sepuluh kali dunia”

Nabi SAW bersabda, “Laki-laki itu berkata, ‘Apakah Engkau meperolok-olok aku (atau Engkau mentertawakan aku) padahal Engkau adalah Raja?’

‘Abdullah bin Mas’ud ra berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW tertawa sampai nampak gigi gerahamnya’. Dan dikatakan bahwa orang itu adalah penduduk surga yang paling rendah derajatnya”. (HR. Muslim)

Allah SWT berfirman: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami menjadi pembuat perhitungan.” (QS. Al-anbiyaa (21): 47)

Sesungguhnya manusia akan di siksa dahulu di neraka (bagi yang timbangan amal buruknya lebih berat)

Rasulullah SAW bersabda, “Ahli surga akan memasuki surga dan ahli neraka akan memasuki neraka. Kemudian Allah SWT berfirman, ‘Keluarkanlah dari neraka bagi siapa saja yang didalamnya terdapat keimanan, meski hanya seberat biji sawi’. Maka, dikeluarkanlah mereka dalam keadaan hitam pekat. Kemudian mereka diletakkan ke dalam nahrul hayyah (sungai kehidupan), sehingga tumbuhlah mereka sebagaimana benih di dekat tanah yang tergenang air. Tidaklah engkau berpendapat bahwa biji tersebut muncul kekuning-kuningan berseri-seri?” (HR. Bukhari, Muslim dan an-Nasa’i)

“Akan keluar dari neraka, orang yang telah mengucapkan laa illaha illallah (tiada Tuhan selain Allah) dan di dalam hatinya ada kebaikan meski hanya seberat biji kacang. Akan keluar dari neraka, orang yang telah mengucapkan laa illaha illallah (tiada Tuhan selain Allah) dan di dalam hatinya ada kebaikan meski hanya seberat biji gandum. Akan keluar dari neraka, orang yang telah mengucapkan laa illaha illallah (tiada Tuhan selain Allah) dan di dalam hatinya ada kebaikan meski hanya seberat atom.” (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi).

Dalam hadits Qudsi juga ditegaskan tentang hal ini. “Apabila penduduk surga telah masuk surga dan penghuni neraka telah masuk neraka, maka Allah SWT berfirman, ‘Barang siapa di dalam hatinya terdapat keimanan sebesar atom, maka keluarkanlah dia dari neraka!’ Dikeluarkanlah sejumlah orang yang telah terbakar dan hangus menjadi arang. Kemudian mereka dilemparkan ke dalam sungai kehidupan. Mereka pun akhirnya kembali wujud sebagaimana benih yang tumbuh di Lumpur yang terbawa aliran air’…

Semua itu bukti keadilan Allah SWT atas manusia. Sesedikit apapun kebaikannya, pasti Allah akan memperhitungkannya. Ahli neraka yang terdapat keimanan seberat atom pun akan mendapat ganjarannya. Tentunya setelah ia disiksa dahulu di dalam neraka dan dikeluarkan lalu dimasukkan ke dalam sungai kehidupan, hingga kembali utuh kembali ke wujud yang sempurna setelah mengalami penyiksaan di dalam neraka. Kemudian orang tersebut dimasukkan ke dalam surga, lalu ditulis pada dahinya, “mereka adalah orang-orang yang dibebaskan Allah dari neraka”

Dalam sebuah riwayat disebutkan: Seorang yang telah tinggal di dalam neraka selama seribu tahun berseru, “ya Hannan, ya Mannan…” Maka Allah mengurus malaikat untuk datang kepadanya. Malaikat tersebut kemudian masuk ke dalam neraka dan mencarinya selama 70 tahun, namun tidak mampu menemukannya. Kemudian Allah SWT berfirman, “Pergilah, ia berada di lembah anu di bawah batu besar. Keluarkanlah ia” Malaikat itu pun segera pergi kesana dan mengeluarkannya dari situ, lalu memasukkannya ke dalam surga. Orang yang telah dimasukkan ke dalam surga tersebut kemudian memohon kepada Allah SWT agar menghapus nama yang ada di dahinya. Maka Allah pun mengabulkannya dan mengutus malaikat untuk mebghapus tulisan tersebut. Setelah itu Allah berfirman kepada semua penghuni surga, “Pergilah kepada penghuni neraka” Dan disana mereka ada yang melihat orang-orang yang dikenalnya. (ayah, ibu, anak, tetangga, dsb.)

Tempat yang dimaksud adalah suatu tempat seperti dataran tinggi pembatas antara surga dan neraka. Dimana para penghuni surga dapat bertemu dengan para penghuni neraka dan mereka saling mengenali dari tanda-tanda pada diri masing-masing. (Lihat QS. Al-A’raaf (07): 46-51)

Ingatlah firman Allah SWT:

“Dan tetaplah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman:” Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (Yaitu) orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. al-A’raf (7) : 156-157)

“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi.” (QS. al-A’raf (7) : 178)

MAHA BENAR ALLAH DENGAN SEGALA FIRMANNYA

Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu di beri petunjuk oleh Allah SWT. Amiinn…

Semoga Bermnfaat